Friday, 21 June 2013


Aku merapikan meja yang ada di kamar kosku. Sedikit berantakan gara-gara kertas yang tidak terpakai menumpuk diatasnya. Belum lagi bingung mau menaruhnya dimana. Karena aku tidak bermaksud untuk membuangnya. Aku punya kebiasaan menyimpan kertas-kertas tidak terpakai begitu.

Cklek. Tiba-tiba pintu kamar yang sedari tadi tertutup, terbuka perlahan. Muncul kepala seseorang dengan rambutnya yang masih basah.

"mbaaa..." panggilnya dengan lirih, ada nada manja dipanggilannya.

Aku menoleh. Melihat raut wajahnya yang sedih bercampur bingung. Gerak-geriknya mengatakan ingin masuk, duduk dan bercerita panjang lebar.

"ada apa?" aku tersenyum melihatnya. Air dirambutnya menetes ke lantai kamarku.

"ada kuliah ga mba?" tanyanya terlebih dahulu, memastikan ceritanya tidak mengganggu jadwal kuliahku.

Aku menggeleng. "nanti jam 1 kok. Sini masuk"

Wajahnya berubah senang. Dia masuk ke dalam kamarku, mengambil posisi duduk diatas kasur. Dan aku duduk diatas karpet.

Dia mulai bercerita panjang lebar. Volume suaranya dibuat sekecil mungkin. Membuatku harus mendekatkan badan agar mendengar suaranya. Aku tahu, ini cerita yang tidak boleh didenger teman-temannya. Jadi teringat semalam, dia mencubitku yang bersuara keras waktu mengetahui dia berbohong.

Jam menunjukkan pukul 10.15. Dia, adik angkatanku, masih saja bercerita. Handuk dipangkuannya, terkadang dipakainya untuk mengeringkan rambut panjangnya yang awut-awutan. Aku sesekali menimpali ceritanya.

"...aku kalo cerita ke mereka tuh, ditanggepin biasa. Malah kadang cuma 'oh'. Ga ngasih solusi..." kata-kata yang cukup menyesakkan hati. Sejak pertama kali dia cerita kepadaku, ada rasa sedih gara-gara aku tidak bisa memberinya solusi. Aku tidak pernah mengalami apa yang dialami dia -apalagi dibidang percintaan. Tapi setidaknya dia sedikit merasa lega karena bebannya terkurangi. Biasanya masalah akan terasa lega kalau disampaikan ke orang.

Dia mengubah jalan cerita. Cerita kini berpusat pada teman-temannya. Seperti dikalangan cewek pada umumnya, teman-teman di kelasnya bergerombol. Sama seperti yang terjadi padaku di awal-awal semester. Dia mengaku kalau dirinya netral dan fleksibel. Di gerombolan manapun dia bisa masuk. Hanya saja, yang netral seperti dia cuma segelintir cewek.

"yang sedih tuh ya mba.. pas kuliah apa ya aku lupa.. itu kan di mipa kuliahnya. Habis kuliah biasanya kan pada dolan kemana gitu. Masa pas itu aku ga diajak coba. Mereka ninggalin aku. Padahal biasanya mereka sms nanya aku dimana.. waktu itu ga ada yang sms.."

Rasanya mirip sesuatu. Aku mengingat-ingat. Terlintas sebuah foto diingatanku. Ah, ternyata ga cuma aku yang mengalami. Foto yang sedang main itu diupload oleh seseorang. Terlihat kalian sedang main di sebuah pantai. Pertanyaanku saat itu, "ini kapan? kok aku ga diajak?". Seharian itu aku merasa tidak pernah ada teman yang mengajakku main. Sekedar mengajak.

"aaah.." teriaknya kencang, "sudah setengah sebelas! Aku ada kuliah.."

Aku melirik jam. Sudah menunjukkan pukul 10.35. Kulihat dia berlari keluar kamar. Tapi tiba-tiba berhenti di pintu. Ntah apa yang disampaikannya, tidak terdengar. Dia menutup setengah pintu kamarku, dan masuk ke kamarnya.

Friday, 7 June 2013


Suatu siang, saat jam istirahat pembekalan KKN.....

"aku mau makan dulu yaa. Belum sarapan nih" i-chan pergi bersama y-chan, kcms-chan dan htf-chan, meninggalkan aku dan im-chan.

Aku menoleh ke im-chan. "mau jajan apa nih?"

Im-chan berpikir sejenak. "apa ya, bingung. Kamu mau jajan apa?"

"hmm.. gimana kalau ke depan lapangan aja. Disana banyak yang jualankan?" tawarku. Kulihat im-chan mengangguk. Akhirnya kami jalan ke depan lapangan.

Sejujurnya sudah lama tidak jalan lewat daerah ini. Jadi ingat, dulu waktu semester 2, sering jalan bolak-balik bareng i-chan gara-gara gedung untuk kuliahnya ganti.

Kami berdua sampai di depan lapangan. Melewati berbagai macam dagangan. Dan berhenti di tempat jualan cilok-cimol.

"loh i-chan?" aku terkejut melihat i-chan yang sedang makan pempek. Kebetulan tukang pempeknya dekatan dengan tukang cilok-cimol. "loh katanya mau makan"

"lah ini makan" kata i-chan.

"kirain mau makan nasi"

Im-chan menepuk bahuku. "mau pesan apa kamu? aku ciloknya ya mas, 3000"

"aku cimol aja mas, 2500" pesanku.

Kulihat im-chan duduk di salah satu bangku, "ih masa pake setengah-setengah sih" ejeknya.

"yaudah mas, 3000 deh. Puas?" im-chan hanya tertawa.

Mas penjual yang setinggi sama im-chan mulai memasukkan beberapa cimol ke dalam plastik. Dan menanyakan ingin rasa apa kepadaku dengan sikap SKSD.

"keju aja mas" jawabku.

Dua sendok kecil yang beisi bubuk keju dimasukkan ke dalam plastik dan dikocoknya. Setelah bercampur, diikatnya ujung plastik dan diletakkan ke dalam sebuah plastik hitam. Mas penjual kembali mengambil plastik untuk pesanan im-chan.

"ciloknya pedes apa engga mba?" tanya mas penjual, melihat im-chan.

"pedes mas, pedes banget.." im-chan memberi jawaban dengan semangat.

"anu mas, kasih saosnya aja mas" candaku ke mas penjual.

"hahahaha janganlah.. masa makan saos" im-chan tertawa.

I-chan yang sudah selesai makan pempek, berdiri. Nimbrung.

"ke usah dikasih cilok mas, saos aja" i-chan menambahkan.

"apa kamu hah? sini bayarin" ujar im-chan dengan nada memalak ketika melihat i-chan mengambil dompet untuk membayar pempeknya.

"aku bayar pakai cinta yaa~~" kata i-chan ke im-chan dengan bercanda.

"yaudah sana, bayarnya ke mas cimol yaa, PA-KAI CIN-TA" aku buru-buru menambahkan, dan menekankan kata 'pakai cinta'.

Im-chan ikutan mengejek i-chan. Dan kulihat i-chan mulai salah tingkah gara-gara ucapannya sendiri. Aku, im-chan dan yang lain tertawa melihat ekspresi i-chan.

Tuesday, 4 June 2013


Suatu siang..

Aku duduk di baris ke tiga dari depan. Sebelah kiriku, duduk i-chan yang sedang serius mendengarkan kuliah. Sedang fs-chan yang duduk di kananku, sedang sibuk mencatat slide yang diterangkan oleh TC-sensei. Dan aku sendiri, menggigit ujung pulpen sambil mendengar TC-sensei menjelaskan mata kuliah SPPK.

Seperti biasa, TC-sensei mengajar kuliah dengan diselingi candaan. Dan ss-kun yang selalu jadi bahan candaan beliau. Selesai menjelaskan beberapa slide, TC-sensei memandang kami, berharap kami paham dengan yang dijelaskan beliau.

"sae..?" ucap TC-sensei dalam bahasa Jawa, tiba-tiba. Sebagian dari kami yang dari Jawa menjawab 'sae'. "sae nggeh.. gotong" TC-sensei menambahkan.

Ruang kelas seketika tertawa. I-chan yang duduk disebelahku ikut tertawa. Aku yang tidak paham hanya terdiam.

"maksudnya apa?" tanyaku pada I-chan.

I-chan yang masih tertawa, berhenti sejenak untuk menjelaskan. "itu loh, kalau orang meninggal, biasanya sebelum dibawa untuk dikubur, ditanyain dulu sifat-sifatnya. Baik engga? Kalau baik, yaudah digotong, dibawa ke kubur"

Bibirku membentuk huruf O. Kemudian aku tertawa kecil. Ketinggalan.

Kelas kembali sepi. Mendengarkan TC-sensei bercerita. Ya, cerita. Tentang masa lalu TC-sensei. Bukan tentang SPPK.

"makanya saya tuh kadang 'ngejek' biar pada tahan banting, contoh saja ini" TC-sensei menunjuk kakak angkatan yang badannya agak besar, yang sering jadi bahan candaan TC-sensei, "kalau ini udah tahan mau diapa-apain aja"

Kembali, ruang kelas tertawa. Dan TC-sensei kembali melanjutkan ceritanya. Dan kami semua menyimak.

"dulu waktu saya kecil, saya itu penakutnya bukan main. Nah, pas SMA sudah mulai berani. Tiap ada tetangga yang meninggal, saya itu ikut menguburkan jenasahnya. Itu nunggu di lubang. Ya kayak gitu" kenang TC-sensei.

"Waktu itu saya nganterin jenasah om saya ke rumahnya. Om saya itu meninggal kecelakaan. Nganterinnya pakai mobil ambulans, saya sendirian jaga jenasahnya di belakang. Takutkan ya? Siapa tahu jenasahnya bangun gitu" TC-sensei memberi jeda, saat mendengar kami semua tertawa.

"Om bapak kerjanya apa?" tanya SS-kun, kepo.

"Om saya itu kerja di kepolisian" TC-sensei mejawab dan melanjutkan ceritanya, "Dulu makam om saya itu di jaga 7 hari 7 malam. Orang dulu kan percaya kalau tali pocong...."

BRAK. Pintu ruang kelas yang tadinya tertutup rapat, tiba-tiba terbuka. Seakan ada yang mendorong. Kami semua yang ada di dalam kelas terdiam. Memandang pintu yang kini terbuka lebar. Ada rasa takut.

Ruang kelas yang kami pakai terletak dilantai 2. Di depan ruang kelas ada beberapa jendela yang meski dibuka tidak ada angin yang lewat. Pintu ruang kelas saat itu ditutup rapat. Untuk membukanya, tentunya dengan menggunakan gagang pintu.

"waah.." TC-sensei mulai berbicara kembali. Mencairkan suasana yang mendadak horor. TC-sensei mendekati pintu, dan menutupnya. "hahaha wajahnya pucat" TC-sensei menunjuk htf-chan yang kebetulan duduk dekat dengan pintu.

"sudah sudah, kita kembali ke SPPK saja.." TC-sensei kembali melanjutkan menerangkan kuliah hari itu.