Tuesday, 29 October 2013


Siang itu..

Aku dan kamu pergi ke sebuah mall terbesar di kota sebelah. Setiap kali ke mall tersebut rasanya masih kurang kalau tidak masuk ke bagian stationery. Banyaknya boneka yang dipajang dan diletakkan dengan rapi membuatku nyaman. Pada dasarnya aku memang menyukai boneka.

Stationery di mall tersebut tidak hanya tentang buku dan peralatan sekolah, berbagai boneka dan mainan untuk anak-anak juga ada. Peralatan olahraga, konsol game, pernak-pernik komputer, dan berbagai macam pajangan tersusun rapi di rak. Aku berjalan mendekati boneka-boneka kecil yang tergantung di sebuah rak. Boneka pisang, nightmare, lumba-lumba, minion dan lain-lain. Aku memegang salah satu boneka paling bawah yang berbentuk beruang. Ada sebuah benda keras di dalamnya. Ah pasti bunyi nih, pikirku.

"lucu nih" kata kamu memegang sebuah boneka lumba-lumba. "eh ada minion tuh" kamu menunjuk boneka minion yang berada di sebelah boneka beruang tadi.

Kecil, bulet, bantet. Aku tertawa kecil melihat boneka minion itu. Aku memegangnya. Baru saja tanganku menyentuh boneka itu, tiba-tiba boneka itu berbunyi. Dengan cepat aku menarik tangan. Kaget. Ih bunyi. Tapi bunyi itu terus terdengar. Sebuah lagu. Aku menoleh ke belakang. Seorang ibu-ibu berdiri memegangi handphone-nya.

"ealah, suara hape ternyata" aku merasa tertipu.

"kenapa?" tanya kamu dengan wajah datar.

"aku kira tadi bunyinya dari boneka minion" aku menjelaskan, "ternyata suara hape. Kaget tau, padahal baru disentuh sedikit bonekanya"

Kamu tertawa. "suaranyakan datang dari belakang. Aneh ih.."

"biariin..." aku manyun dan meninggalkan rak boneka itu.

Tuesday, 22 October 2013


Suatu malam..

Aku dan kamu keluar dari toko kebutuhan rumah. Pompa galon untuk menggantikan milik ak-chan yang kurusak telah kubeli. Ukurannya sedikit lebih kecil dari punya ak-chan sebelumnya. Dan berwarna hijau. Sebenarnya aku mau saja membelikan pompa galon yang sama dengan milikku. Pompa galon yang ada tombol on-off. Tapi saat itu aku hanya membawa uang 50ribu.

Sambil berjalan menuju motor, kamu membaca deretan nama-nama toko sekitar situ.

"kirei na" ujarmu membaca sebuah nama salon kecantikan. Yang berarti 'cantik' dalam bahasa Indonesia.

Mendengarmu menyebutkan kata-kata itu, aku buru-buru membalas. "a-arigato" aku menundukkan kepala. Senyum-senyum sendiri.

Kamu hanya melihatku dengan wajah datar. Seakan memikirkan apa yang kuucapkan.

Kamu lebih dulu sampai ke motor. Memasang kunci, dan membunyikan motor. Memanaskannya, sambil menungguku yang berjalan lambat.

Begitu aku sampai di dekatmu, kamu memasang wajah 'aku tertipu'. "nyesel aku tadi baca nama salon itu" katamu, "aku baru sadar maksudmu"

"hmp... ahahahahaha" aku tertawa puas.

"aku kira kamu lagi baca tulisan yang dibawahnya" kamu memberi alasan, "eh malah... nyesel pokoknya"

Aku menggembungkan pipi. Mengarahkan tangan yang terkepal, dan menempelkannya ke pipimu. Lalu memutar-mutar tangan. "kejaaaam... masa sebegitu menyesalnya bilang kalau aku cantik"

Kamu hanya menjulurkan lidah dan tertawa.

Friday, 18 October 2013

"assalamualaikum.. assalamualaikum" teriak mba Mika spontan, sesaat sebelum tubuhnya tidak dapat digerakkan.

Siapa Yang Lewat?

Sebuah rumah besar yang digunakan sebagai kos nampak sepi. Garasi yang berada di depan untuk menyimpan kendaraan penghuni kos pun hanya menyisakan sebuah motor matic berwarna hitam. Pintu depan yang terletak di tengah bangunan terbuka beberapa senti dan berayun-ayun ke depan-belakang tertiup angin.

Di ruang tengah duduk seorang anak perempuan dengan kakinya yang dinaikkan ke atas kursi. Meja kaca tanpa taplak di depannya dipenuhi gelas-gelas yang ditinggal pemiliknya, dan bungkusan makanan yang menyisakan runtukan. Si anak perempuan berniat membersihkan meja tersebut, namun niatnya mendadak hilang begitu melihat kotornya meja itu.

"Olif, nonton tivi yuuk..." seseorang keluar dari kamar yang paling dekat dengan ruang tengah. Berjalan menuju televisi dan menyalakannya.

"mba Mika, duduk di bawah aja yak.." saran anak bernama Olif. Dia beranjak dari kursi dan mengambil posisi di depan televisi.

Mba Mika mengambil sebuah karpet gulung disudut ruangan dan menggelarnya. Semacam sebuah piknik di depan televisi. Channel televisi berganti terus menerus. Akhirnya berhenti di acara drama Korea.

"nonton ini aja ya, hehee" mba Mika yang doyan nonton drama Korea hanya nyengir.

Olif mengangguk setuju. Dia juga penikmat drama Korea, walau tidak sefanatik mba Mika.

Sejam berlalu semenjak mereka duduk di depan televisi. Olif dengan santainya tiduran diatas karpet, sedang mba Mika masih duduk dengan melipat kakinya di depan. Camilan di toples yang dibawa Olif dari kamar telah habis setengahnya. Padahal camilan itu tidak pernah dia makan sebelumnya karena rasanya yang aneh.

Televisi itu berada beberapa meter dari pintu depan. Orang yang keluar-masuk akan melewati mereka berdua. Di belakang mereka sebuah pintu yang menuju ke dapur terbuka lebar. Menimbulkan bunyi 'kriiet' setiap tertiup angin. Mendengar suara yang aneh itu, mba Mika menutup pintu tersebut.

Suara orang mengaji mulai terdengar dari masjid. Pergantian waktu sore menuju maghrib. Warna langit pun mulai berubah.

"sepi ya mba" Olif menoleh kearah mba Mika. Dilihatnya perempuan yang 2 tahun lebih tua darinya mengangguk.

Olif melirik lorong yang menuju ke kamarnya yang berada di pojok. Gelap. Seperti sebuah bangsal yang tidak pernah dilewati. Dia ingin bangkit untuk menyalakan lampu, tapi rasa malas menyergapnya.

"yah minumannya habis" mba Mika menuangkan sisa air putih ke mug pinknya. "ambilin dong.." dia menyodorkan wadah minum berwarna transparan kearah Olif.

Olif menerimanya dan meletakkannya dipinggir kepalanya. Dia meregangkan badan sebelum bangun.

Ceklek.

Tuesday, 15 October 2013

Hari Senin, minggu kedua kuliah....
Aku dan kamu berangkat ke kampus lebih cepat dari jadwal kuliah. Menyempatkan diri untuk hadir ke seminar proposal milik uhp-chan. Meski tidak terlalu dekat dengannya, ada rasa semangat untuk hadir ke seminarnya.

Tapi rencana berubah ketika melihat gerombolan mamm-kun. Mereka berencana untuk pergi takziah ke rumah adu-chan. Semalam, ibunda dari adu-chan meninggal. Aku sendiri berencana kesana setelah selesai kuliah bersama i-chan. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku ikut rombongan mamm-kun. Sebelum berangkat, aku mengirim sebuah pesan singkat ke uhp-chan bahwa aku tidak bisa hadir ke seminarnya.

Dirumah adu-chan,
Garasi yang terpisah dari rumah itu penuh dengan kursi untuk tempat tamu yang datang melayat. Aku duduk dibaris ketiga bersama kamu. Melihat yang lain membicarakan hal lain, kamu mulai bercerita.

"kemarin dsh-kun cerita.." kamu menceritakan apa yang dsh-kun bilang padamu. Ada bagian yang membuatmu tertawa kecil dari cerita itu. "waktu itu, at-kun datang bersama na-chan. Disitu juga ada wk-kun. Dsh-kun bilang kalau dia melihat wk-kun megangin dadanya waktu melihat mereka berdua"

Tanganmu memeragakan seperti yang dilakukan wk-kun waktu itu. "padahal itu sudah lama, tapi wk-kun masih merasa sakit dibagian itu waktu melihat mereka" kamu seakan paham rasa sakit yang dialami wk-kun. "sepertinya wk-kun belum bisa melupakannya"

Aku mengangguk. Kamu melihatku sambil bertanya, "pernah merasakan sakit dibagian sini?" Tanganmu menepuk-nepuk dada bagian kiri.

"belum... untuk sekarang belum pernah" aku sedikit menggeleng. Aku sendiri juga ragu apa aku pernah mengalaminya atau belum. Sakit yang timbul karena rasa yang menyesakkan dada.

"aku sudah pernah.."

Pertanyaanku sudah terjawab lebih dahulu sebelum aku menanyakannya padamu. "kapan?"

"hmm.. sebelum sama kamu pokoknya" kamu kembali menyelami masa lalumu. Dan aku tahu apa yang kamu maksud. "terus 1 tahun sama kamu, lancar-lancar aja. Tapi, tahun berikutnya aku merasakannya lagi"

Eh? Aku menatapmu bingung. Aku pernah menyakitimu?

Belum sempat aku menanyakannya padamu, i-chan dan kcms-chan yang duduk di depan kami menoleh.

Friday, 11 October 2013

"aku sendiri tidak tahu aku ini sebenarnya makhluk apa. Manusia atau bukan....."

-Untitled-

Aku berdiri lama di depan cermin. Mengamati pantulan diri. Tangan kiriku menyentuh cermin. Bayangan itu pun melakukan hal yang sama. Aku masih punya bayangan. Tanpa sadar, aku melihat ke bawah. Bayangan hitam yang diciptakan cahaya, terbentuk disana.

Ucapan Yume dan kejadian kemarin membuatku syok. Berkali-kali aku mencubit pipi, tangan, bahkan perutku, untuk memastikan kalau itu hanya mimpi. Tapi, rasa sakit dan panas terasa dibagian yang aku cubit. Aku berpikir pasti ada yang salah dengan cermin di ruang koreografi, tapi apa yang salah? Bayanganku terlihat jelas disana. Dan, hanya ada bayanganku!

Waktu itu, aku sempat mengambil jarak ketika Yume mendekatiku. Ada perasaan takut yang bercampur aduk di dalam pikiranku sehingga aku tidak bisa berpikir logis. Aku ingin lari, tapi kakiku tidak dapat digerakkan. Yume menyadari sikapku. Dia berhenti mendekatiku. Wajahnya mengatakan 'aku tidak berniat menakutimu, tapi beginilah aku'.

Dia bukan hantu, dia bukan setan. Dia Yume! Aku memberi pikiran positif ke otak dan seluruh badanku. Aku memperhatikannya yang melihat ke seluruh kaca yang terpasang di dinding.

"kamu.. takut?" akhirnya dia mulai mengeluarkan suaranya. Hanya anggukan kecil yang kuberikan. "maaf, aku tidak tahu kalau kamu akan sekaget itu"

"siapapun akan kaget bila melihatnya!" aku terkejut mendengar sendiri nada suaraku yang lebih tinggi. Aku tidak bermaksud berteriak.

"aku tahu itu. Aku hanya ingin kamu tahu" dia berjalan mendekati cermin, menyentuh benda itu dengan tangan kanannya. "aku tidak tahu apa yang salah denganku. Setiap kali aku bertemu dengan cermin, pertanyaanku selalu sama. Kemana bayanganku?" dia melihat benda di depannya tidak memantulkan apa-apa. Dari sana, dia dapat melihatku yang berdiri tidak jauh di belakangmu. Dan mulai memperhatikanku. "aku sendiri selalu bertanya-tanya, siapa aku? Manusiakah? Tapi manusia mempunyai bayangan dicermin,
sedangkan aku tidak. Atau aku 'mereka'? Tapi 'mereka' tidak punya bayangan, sedangkan aku masih punya bayangan hitam dibawah kakiku"

Aku mencerna ucapannya. Berusaha mencari kalimat yang pas untuk diucapkan.

"lagipula.." dia menambahkan, "kakiku menyentuh tanah.." dia melompat-lompat untuk membuktikan. Terdengar suara 'buk-buk' dari sepatunya yang menyentuh lantai.

Akhirnya aku tidak berbicara apa-apa waktu itu. Suara langkah dari anak-anak koreografi yang mendatangi ruang itu membuatku dan Yume segera bergegas keluar. Bisa berbahaya kalau mereka melihat keanehan dari Yume, pikirku. Kami diam sepanjang perjalanan pulang.

Aku mengambil dasi yang tergantung di belakang pintu kamar. Beberapa pakaian tergantung disana menjadikannya sarang nyamuk. Sambil menatap cermin, aku membetulkan dasi yang sedikit menyerong ke kanan. Bagaimana cara Yume melakukan kegiatan yang berhubungan dengan cermin?