"assalamualaikum.. assalamualaikum" teriak mba Mika spontan, sesaat sebelum tubuhnya tidak dapat digerakkan.

Siapa Yang Lewat?

Sebuah rumah besar yang digunakan sebagai kos nampak sepi. Garasi yang berada di depan untuk menyimpan kendaraan penghuni kos pun hanya menyisakan sebuah motor matic berwarna hitam. Pintu depan yang terletak di tengah bangunan terbuka beberapa senti dan berayun-ayun ke depan-belakang tertiup angin.

Di ruang tengah duduk seorang anak perempuan dengan kakinya yang dinaikkan ke atas kursi. Meja kaca tanpa taplak di depannya dipenuhi gelas-gelas yang ditinggal pemiliknya, dan bungkusan makanan yang menyisakan runtukan. Si anak perempuan berniat membersihkan meja tersebut, namun niatnya mendadak hilang begitu melihat kotornya meja itu.

"Olif, nonton tivi yuuk..." seseorang keluar dari kamar yang paling dekat dengan ruang tengah. Berjalan menuju televisi dan menyalakannya.

"mba Mika, duduk di bawah aja yak.." saran anak bernama Olif. Dia beranjak dari kursi dan mengambil posisi di depan televisi.

Mba Mika mengambil sebuah karpet gulung disudut ruangan dan menggelarnya. Semacam sebuah piknik di depan televisi. Channel televisi berganti terus menerus. Akhirnya berhenti di acara drama Korea.

"nonton ini aja ya, hehee" mba Mika yang doyan nonton drama Korea hanya nyengir.

Olif mengangguk setuju. Dia juga penikmat drama Korea, walau tidak sefanatik mba Mika.

Sejam berlalu semenjak mereka duduk di depan televisi. Olif dengan santainya tiduran diatas karpet, sedang mba Mika masih duduk dengan melipat kakinya di depan. Camilan di toples yang dibawa Olif dari kamar telah habis setengahnya. Padahal camilan itu tidak pernah dia makan sebelumnya karena rasanya yang aneh.

Televisi itu berada beberapa meter dari pintu depan. Orang yang keluar-masuk akan melewati mereka berdua. Di belakang mereka sebuah pintu yang menuju ke dapur terbuka lebar. Menimbulkan bunyi 'kriiet' setiap tertiup angin. Mendengar suara yang aneh itu, mba Mika menutup pintu tersebut.

Suara orang mengaji mulai terdengar dari masjid. Pergantian waktu sore menuju maghrib. Warna langit pun mulai berubah.

"sepi ya mba" Olif menoleh kearah mba Mika. Dilihatnya perempuan yang 2 tahun lebih tua darinya mengangguk.

Olif melirik lorong yang menuju ke kamarnya yang berada di pojok. Gelap. Seperti sebuah bangsal yang tidak pernah dilewati. Dia ingin bangkit untuk menyalakan lampu, tapi rasa malas menyergapnya.

"yah minumannya habis" mba Mika menuangkan sisa air putih ke mug pinknya. "ambilin dong.." dia menyodorkan wadah minum berwarna transparan kearah Olif.

Olif menerimanya dan meletakkannya dipinggir kepalanya. Dia meregangkan badan sebelum bangun.

Ceklek.



Olif bangun perlahan. Kini dia berada diposisi tengkurap. Pandangannya menuju kearah pintu yang menuju dapur. Pintu yang tadi ditutup oleh mba Mika. Dia melihat gagang pintu turun perlahan.

"mba... mbaaa" tangannya menepuk-nepuk paha mba Mika. Dia memanggil mba Mika sepelan mungkin. "lihat....."

Mba Mika menoleh kearah pandangan yang dituju Olif. Dia hanya bengong, terkejut.

Gagang pintu semakin turun dan membuatnya terbuka. Krieeet. Pintu terbuka perlahan. Dan semakin lebar seakan angin meniupnya. Namun, disana tidak ada siapa-siapa. Tidak ada siapapun dibalik pintu.

Pintu dapur maupun pintu depan merupakan jenis pintu yang akan terbuka jika gagang pintu diturunkan. Angin tidak akan dengan mudah membukanya jika sudah tertutup. Tapi ini bukan angin. Jelas ada seseorang yang membukanya. Bukan seseorang, melainkan sesuatu.

Olif duduk di samping mba Mika. Terdiam.

"ada yang lewat Lif" kata mba Mika pada akhirnya. Olif hanya mengangguk kecil. "ada yang pulang ke sarangnya"

"mbaa.. aku takuut" Olif memegang pergelangan tangan mba Mika. Olif tahu kalau mba Mira mempunyai kekuatan untuk dapat merasakan keberadaan dan melihat makhluk selain mereka.

"assalamualaikum.. assalamualaikum" ujar mba Mika spontan, berharap yang melewati mereka tidak ada niat untuk menyakiti.

Genggaman di pergelangan tangan mba Mika semakin erat. Kini mereka sadar bahwa tubuh mereka tidak dapat digerakkan.

"mbaaa.... mbaaaaa..." rintih Olif sedikit kesakitan.

"tenang Lif, tenaaaang.." mba Mika berusaha menenangkan Olif. Tapi sepertinya sia-sia.

Tubuh mereka seperti ditabrak sesuatu. Sesuatu yang tidak dapat dilihat. Seperti itu yang dirasakan Olif. Sedangkan mba Mika dapat melihat mereka walau hanya bayang-bayang samar. Jumlah mereka lebih dari 10. Mereka seperti sedang bermigrasi.

Lagi-lagi Olif mempererat genggamannya. Dia merasa sesuatu menahan dadanya. Aliran udara tersumbat. Membuatnya sulit bernapas.

"mbaaa.." Olif merintih lagi.

Mba Mika mulai merasakan tekanan hebat didaerah dadanya. Dia mulai gelagapan. Berusaha mencari udara. Sesak. Udara diparu-parunya mulai menipis. Dia merasa matanya berputar. Dan badannya meringan. Bruk. Genggaman Olif pun terlepas.



"dapur itu memang tempat atau mungkin rumahnya mereka" cerita mba Luna, orang yang sudah 3 tahun menyewa kamar di rumah itu, "sering kok mereka lewat sini"-mba Luna menunjuk ruang tamu-"maka dari itu, hati-hati kalau maghrib"

Mba Mika dan Olif berpandangan. Merasa lega atas kejadian tadi.

"lain kali tutup aja pintu depannya kalau menjelang maghrib" saran mba Luna. Semua anak, 15 anak perempuan, yang berkumpul di ruang tengah mengangguk setuju. Berharap tidak ada yang mengalami kejadian seperti itu lagi. Tiba-tiba.. pet! Listrik mati. Pintu kembali terbuka, dan sesuatu berdiri disana. KYAAAAAA!!!