"aku sendiri tidak tahu aku ini sebenarnya makhluk apa. Manusia atau bukan....."
-Untitled-
Aku berdiri lama di depan cermin. Mengamati pantulan diri. Tangan kiriku menyentuh cermin. Bayangan itu pun melakukan hal yang sama. Aku masih punya bayangan. Tanpa sadar, aku melihat ke bawah. Bayangan hitam yang diciptakan cahaya, terbentuk disana.
Ucapan Yume dan kejadian kemarin membuatku syok. Berkali-kali aku mencubit pipi, tangan, bahkan perutku, untuk memastikan kalau itu hanya mimpi. Tapi, rasa sakit dan panas terasa dibagian yang aku cubit. Aku berpikir pasti ada yang salah dengan cermin di ruang koreografi, tapi apa yang salah? Bayanganku terlihat jelas disana. Dan, hanya ada bayanganku!
Waktu itu, aku sempat mengambil jarak ketika Yume mendekatiku. Ada perasaan takut yang bercampur aduk di dalam pikiranku sehingga aku tidak bisa berpikir logis. Aku ingin lari, tapi kakiku tidak dapat digerakkan. Yume menyadari sikapku. Dia berhenti mendekatiku. Wajahnya mengatakan 'aku tidak berniat menakutimu, tapi beginilah aku'.
Dia bukan hantu, dia bukan setan. Dia Yume! Aku memberi pikiran positif ke otak dan seluruh badanku. Aku memperhatikannya yang melihat ke seluruh kaca yang terpasang di dinding.
"kamu.. takut?" akhirnya dia mulai mengeluarkan suaranya. Hanya anggukan kecil yang kuberikan. "maaf, aku tidak tahu kalau kamu akan sekaget itu"
"siapapun akan kaget bila melihatnya!" aku terkejut mendengar sendiri nada suaraku yang lebih tinggi. Aku tidak bermaksud berteriak.
"aku tahu itu. Aku hanya ingin kamu tahu" dia berjalan mendekati cermin, menyentuh benda itu dengan tangan kanannya. "aku tidak tahu apa yang salah denganku. Setiap kali aku bertemu dengan cermin, pertanyaanku selalu sama. Kemana bayanganku?" dia melihat benda di depannya tidak memantulkan apa-apa. Dari sana, dia dapat melihatku yang berdiri tidak jauh di belakangmu. Dan mulai memperhatikanku. "aku sendiri selalu bertanya-tanya, siapa aku? Manusiakah? Tapi manusia mempunyai bayangan dicermin,
sedangkan aku tidak. Atau aku 'mereka'? Tapi 'mereka' tidak punya bayangan, sedangkan aku masih punya bayangan hitam dibawah kakiku"
Aku mencerna ucapannya. Berusaha mencari kalimat yang pas untuk diucapkan.
"lagipula.." dia menambahkan, "kakiku menyentuh tanah.." dia melompat-lompat untuk membuktikan. Terdengar suara 'buk-buk' dari sepatunya yang menyentuh lantai.
Akhirnya aku tidak berbicara apa-apa waktu itu. Suara langkah dari anak-anak koreografi yang mendatangi ruang itu membuatku dan Yume segera bergegas keluar. Bisa berbahaya kalau mereka melihat keanehan dari Yume, pikirku. Kami diam sepanjang perjalanan pulang.
Aku mengambil dasi yang tergantung di belakang pintu kamar. Beberapa pakaian tergantung disana menjadikannya sarang nyamuk. Sambil menatap cermin, aku membetulkan dasi yang sedikit menyerong ke kanan. Bagaimana cara Yume melakukan kegiatan yang berhubungan dengan cermin?
Aku berangkat ke sekolah seperti biasa. 5 menit sebelum bel masuk berbunyi. Berangkat pagi seperti kemarin akan membuatku bertemu dengannya. Anggap saja aku sedikit menjauhinya. Tapi tidak benar-benar menjauhinya.
Hingga pelajaran kedua selesai, Yume belum juga muncul. Aku menoleh ke belakang, menanyakan pada teman yang duduk disebelahnya. Hanya gelengan kepala yang dia berikan. Mungkin dia malas ke sekolah, pikirku.
Hari ketiga, namun Yume tidak muncul juga. Tidak ada pemberitahuan apapun. Aku mulai merasa cemas. Berkali-kali aku mencoba menghubunginya, dan percuma. Ada apa dengannya?
Sepulang sekolah, aku berjalan menuju rumah Yume. Ini ide gila. Tapi aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus tahu penyebab dia tidak datang ke sekolah. Beberapa orang yang aku ajak untuk menjenguknya, menolak. Alasannya beragam. Dari yang ada les, sudah punya janji, sampai alasan takut untuk ke rumahnya. Alhasil aku harus menyusuri jalan setapak yang tidak standar itu sendirian.
Ini masih siang. Ini masih siang. Aku memberi mantra ke otak dan perasaanku sebelum masuk ke jalan setapak. Aku berdiri lama untuk benar-benar memilih. Masuk tidak ya? Masuk tidak ya? Kalaupun aku harus berputar, aku tidak tahu lewat jalan yang mana. Lagipula hanya jalan ini yang pernah aku lewati. Di ujung jalan ini, rumah Yume langsung terlihat.
Haaah. Akhirnya aku memutuskan melewati jalan setapak itu. Ini masih siang, jam 2 siang!
Jalan setapak itu nampak lebih bersih dari sebelumnya. Cabang-cabang pohon yang mengahalangi jalanku waktu itu kini telah dipotong. Cahaya matahari yang terik masuk ke sela-sela pohon dan memberi sedikit terang ke jalan setapak. Aku dapat melihat dengan jelas apa yang ada di depan sana.
Aku merasa telah berjalan lama. Ujung jalan pun terlihat, namun aku seperti tidak dapat menggapainya. Aku menoleh ke belakang. Memastikan sesuatu. Hanya pohon-pohon tua dan liar yang ada disana. Melambai-lambai tertiup angin. Hewan, hanya hewan. Aku kembali berjalan.
Sejak kapan ada persimpangan? Aku berdiri terdiam. Ujungnya tidak dapat kulihat. Rasa panik mulai menyerangku. Terutama di bagian kaki. Bagian itu mencoba untuk bergerak terus. Seandainya bagian itu terpisah denganku, mungkin dia telah pergi menjauh.
Aku menelan ludah. Mulutku terasa kering. Perasaan aneh mulai hinggap. Bunyi-bunyi yang sejak tadi aku dengar semakin keras. Aku menoleh ke belakang. Nihil. Aku menoleh lagi. Kali ini terlihat sesuatu. Bukan. Seseorang. Berdiri di belakang semak-semak. Aku menyipitkan mata. Fokus. Bukan Yume. Seorang laki-laki dengan rambut acak-acakan.
Aku memperhatikannya lagi. Manusia. Aku bermaksud menyapanya. Tapi keinginan itu kuurungkan. Wajahnya terlihat pucat. Ada semacam luka di dahinya yang kelihatannya telah busuk. Kedua tangannya tidak sama besar. Bajunya robek-robek. Aku tidak dapat melihat bagian bawahnya yang tertutup semak-semak. Manusia... Laki-laki itu bergerak keluar dari semak-semak. .... atau 'mereka'? Laki-laki itu tidak memiliki bagian pinggul ke bawah. Dia melayang!
AAAAAAA!!! Hatiku berteriak. Kanan? Kiri? Kanan? Kiri? Aku mulai bingung mengambil keputusan. Aku masih melihat laki-laki itu. Dia masih ditempat. Tapi bukan itu yang aku takutkan. Sesuatu yang sama seperti laki-laki itu muncul! Tidak hanya satu. Kanan! Setelah memberi perintah, kakiku berlari mengambil jalan kanan. Ya, lari secepat-cepatnya.
Aku berusaha untuk tidak melihat sekelilingku. Tapi mereka begitu banyak. Sehingga aku tidak bisa mengalihkan perhatianku. Aku tetap waspada. Cepluk. Sesuatu jatuh di bahu kananku. Semacam cairan. Aku menoleh sesaat untuk melihatnya. Cairan itu berwarna hijau, lalu membentuk sebuah wajah dan tersenyum mengerikan. AAAAAAA!! Dengan cepat kusingkirkan cairan itu menggunakan tangan kiri. Aku mendengar cairan itu membentur pohon.
Lariku mulai melambat. Tidak. Aku tidak kecapaian. Ada sesuatu yang menambah beban tasku. Aku penasaran. Tapi bukan waktunya untuk melihat apa itu. Aku melepas tas ranselku. Kemudian menoleh sesaat. Sebuah kepala yang lidahnya terjulur keluar tertindih tasku. Hiiiii.
Ujung jalan pun terlihat. Ada perasaan lega. Akhirnya...
Jalan beraspal terlihat. Lagi-lagi aku terkejut. Tidak apa-apa disana! Tidak ada rumah. Tidak ada orang-orang. Tidak ada rumah Yume. Hanya ada tanah lapang yang kosong. Tanah yang tandus. Aku masih merasakan kakiku berlari. Pikiranku yang kacau membuatku tidak fokus. Sesuatu muncul di depan wajahku. Aku menabraknya dengan keras. Terhuyung-huyung ke belakang. Membuat keseimbanganku kacau. Tapi aku tidak jatuh. Aku berusaha tetap berdiri.
Dahi kananku terasa nyut-nyutan. Kemudian cairan meluncur menutupi mata kananku. Darah? Aku tidak begitu peduli. Aku bermaksud kembali berlari. Sesuatu mencengkram erat kaki kananku. Keseimbanganku runtuh. Aku terjatuh. Aku meringis kesakitan. Siapa?
AAAAAAA!! Laki-laki yang tadi, tanpa kaki, mencengkram kakiku. Aku mundur menjauhi. Tangannya masih mencengkram kakiku. Kaki kiriku yang bebas, menendang-nendang wajahnya. Bermaksud melepaskannya dariku. "Lepaskaaaaan!!"
Kulihat dia menyeret badannya yang tersisa dan berjalan dengan tangan satunya. "Lepaskaan!!" teriakku lagi. Dia memperlihatkan senyum anehnya dan wajah yang tidak berbentuk lagi. Aku terisak-isak. Ketakutan. Aku mulai melihat sekelilingku. Mereka telah berdiri melingkariku. Mereka yang berbagai bentuk melihatku dengan tatapan memangsa. Lagi-lagi, cairan jatuh keatas rambutku. Aku menoleh. Itu iler salah satu dari mereka. Panas. Tidak hanya itu, ada nanah menjijikkan jatuh keatas rokku dan membuat lubang. "Yumeeee.." aku terisak.
Tiba-tiba tangan kananku ditarik. Tangan kiriku pun begitu. AAAA!! Mereka berebut, dan menarik-narik badanku. Kedua tanganku serasa mau lepas. Aku merasakan cairan dijariku. Salah satu dari mereka menjilatnya. Cepluk. Sesuatu jatuh keatas perutku. Sebuah kepala yang tadi tertindih tasku. Kepala itu tersenyum lebar. Memamerkan giginya yang hitam dan bau napasnya. Kemudian melompat ke arah wajahku. "YUMEEEEEEEEEEEEEE....."
Friday, 11 October 2013
- Author name:
- tekukankertas
- Publish date:
- 08:00:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cerita pendek
short story
untitled series
0 comments:
Post a Comment