Judul : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Penulis : Eka Kurniawan
Editor : Mirna Yulistianti
Tahun : 2014
Cetakan : 1, Mei 2014
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis
Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

---

Cerita
Ajo Kawir, seorang pemuda yang belum berumur 20 tahun harus menahan beban karena dia tidak bisa ereksi. Sudah berbagai cara dilakukannya, tapi 'si burung' ini tetap tidur terlelap. Mulai dari mengoleskan cabai rawit (Ajo Kawir mengambil cabai yang paling gemuk dan segar), sengaja membiarkan 'si burung' disengat tiga ekor lebah (Ajo Kawir meminta lebah dari petani madu), sampai diajak ke tempat prostitusi oleh Iwan Angsa, ayah Si Tokek (sahabat baik Ajo Kawir).

Si Tokek, sahabat Ajo Kawir, merasa bersalah dengan keadaan Ajo Kawir. Seandainya malam itu Si Tokek tidak mengajak (memaksa) Ajo Kawir ke tempat Rona Merah, Ajo Kawir tidak harus menderita seperti sekarang. Hanya karena ingin memperlihatkan sesuatu yang sudah diintainya selama beberapa hari, Si Tokek mengajak Ajo Kawir untuk mengintip ke rumah Rona Merah (perempuan gila). Bahkan ketika Ajo Kawir hendak pulang, Si Tokek menahannya. Setelah kejadian itu dia ingin melakukan apa pun untuk menembus kesalahan itu, tapi dia sadar tak ada yang bisa dia lakukan.

Iteung. Seorang gadis yang dicintai Ajo Kawir. Pertemuan pertama mereka di tambak milik Pak Lebe. Bukan pertemuan yang romantis. Ajo Kawir datang untuk memberi pelajaran Pak Lebe, sedangkan Iteung adalah pengawal yang disewa Pak Lebe. Pertarungan tersebut memberi kesan tersendiri bagi diri mereka. Sejak pertarungan itu, mereka semakin dekat.

Kedekatan Ajo Kawir dan Iteung membawa mereka ke perkawinan. Ajo Kawir khawatir bila dia tidak bisa memberikan kewajibannya sebagai seorang suami. Meski Iteung sudah tahu mengenai kekurangan Ajo Kawir dan menerimanya, Ajo Kawir tetap tidak merasa percaya diri. Hingga akhirnya Ajo Kawir mendapati Iteung, istrinya, hamil... Bagaimana mungkin Ajo Kawir bisa menghamili Iteung sementara 'si burung' masih berhibernasi? Akankah 'si burung' terbangun dan menyapa tuannya?

"... dunia memang tidak adil. Dan jika kita tahu ada cara untuk membuatnya adil, kita layak untuk membuatnya jadi adil" - hal. 48

".... Aku mendengar apa yang diajarkan si Burung" - hal. 123

"Tapi kemaluan juga bisa memberimu kebijaksanaan. Itu yang kupelari dari milikku"  - hal. 126

".... Ia menempuh jalan sunyi" - hal 233



Jujur... baru pertama kali aku membaca sebuah novel seperti ini. Aku tahu novel ini dari tweet kak Bara (Bernard Batubara, penulis Cinta. dan Surat Untuk Ruth). Karena tertarik aku beli saja. Sempat syok baca halaman pertama, paragraf pertama, kalimat pertama. "Hanya orang yang engga bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati". Ini novel apa, pikirku. Aku baru sadar setelah baca beberapa halaman kalo burung yang dimaksud di cover belakang itu 'punyanya Ajo Kawir' .__. dan lagi ini novel ada rating usianya, 21+.
rating usia di cover belakang

Novel ini, Vulgar! Bahasanya ngeri. Bahasa 'orang marah'. Bukan model bahasa orang sehari-hari kayak novel-novel kebanyakan. Kadang aku merasa seperti membaca novel terjemahan hahaha. Membuat penasaran setiap kali berhenti baca. Alur yang maju-mundur terkadang membuat bingung. Untuk keseluruhan novel ini kereen ^-^)b Ini karya Eka Kurniawan yang pertama kali aku baca. Jadi penasaran dengan karya-karya beliau yang lain.. apa sevulgar ini juga?

Yosh... jangan lupa beli bukunya, hargai penulisnya :)