Tuesday, 30 April 2013


Namanya Yume. Dua tahun yang lalu dia pindah ke sekolah ini. Yang membuat dia mencolok diantara para siswa sekolah ini adalah rambut pendeknya yang berwarna putih. Memiliki rambut yang berbeda dari kebanyakan orang menimbulkan beberapa isu. Ada yang beranggapan kalau dia terkena penyakit parah, ada juga yang mengatakan bahwa dia seorang anak yang dikutuk.

-Untitled-

Aku berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya. Ucapan Yume kemarin sore membuatku semalaman terjaga. Aku setengah kamu, juga setengah mereka. Apa maksudnya? Apa dia menggodaku lagi?

Sekolah masih sangat sepi. Ruangan kelas masih terkunci. Beberapa petugas kebersihan menyapu daun-daun kering yang berjatuhan di taman sekolah. Aku tersenyum memberi salam kepada mereka.

Pikiranku masih berusaha mencerna ucapan Yume. Setelah dia menceritakan semua 'rahasia'-nya, aku kira ucapan itu bukan untuk menggodaku. Apa ya maksud ucapannya itu? Kalau dipikir-pikir, namanya berarti mimpi. Maksudnya dia ga nyata begitu?

"Ikkii..."

Aku menoleh mendengar suara teriakan itu. Seseorang berlari kearahku dan menangkapku.

"Yu-Yume?" aku terkejut ketika tiba-tiba dia memelukku.

"ehehe.." seperti biasa dia hanya tersenyum-senyum.

"tumben datang pagi?" aku memulai pembicaraan.

"itu harusnya pertanyaanku. Ikki sukanya berangkat siang kan?"

"oh iya hahaha. Aku semalam ga bisa tidur" kulihat raut wajahnya bertanya-tanya, "gara-gara ucapanmu kemarin"

"yang mana?" dia mengingat-ingat, "ah yang itu.. ya ampun, ga usah terlalu dipikir"

Kami duduk di luar kelas. Petugas yang membawa kunci ruang kelas belum datang. Selama menunggu kelas dibuka, kami hanya membicarakan tentang sekolah dan ekstrakulikuler. Rasanya menjadi semakin akrab dengannya. Padahal sebelumnya, jarang sekali aku menyapanya meski dia duduk di belakang bangkuku.

"oh iya, ikki ambil ekskul apa?"

"paduan suara. Dulu aktif disitu, tapi karena udah tingkat akhir, jadi ga aktif lagi"

"ya mau gimana lagi, tingkat akhir seperti kita konsennya ke pelajaran"

"iya sih, hanya saja kadang kangen datang ke ruangan paduan suara"

"tinggal datang saja bolehkan? di klubku boleh-boleh saja kok datang ke ruangan"

"enggak boleh ama guru vokalnya. Anak tingkat akhir ga boleh datang. Nyebelin banget kan?" aku merasa geregetan kalau mengingat guru vokal mengusir anak tingkat akhir yang datang ke ruang paduan suara, "loh Yume ikut ekskul apa?"

"kesenian. Asik loh.."

"wah.. Yume jago nggambar?"

"di klub kesenian ga cuma jago menggambar. Ada yang pahat juga. Semua diajari, jadi anggotanya bisa semua. Aku lebih tertarik ke lukisan"

"aku mau lihat lukisanmu" aku memasang wajah memohon.

"kalau ga salah di ruang klub ada. Kita kesana pas jam istirahat atau jam pulang ya.."

Aku mengangguk senang.


Friday, 26 April 2013


Suatu sore, di area parkir sebuah bank...

Kamu keluar dari sebuah mesin atm. Kulihat tanganmu masih sibuk mengatur isi dompet hitam itu. Kemudian kamu menuju kearahku yang sedang duduk menunggumu di atas motor.

Aku turun dari motor, mengira kamu akan mengajakku pulang. Tapi ternyata kamu malah duduk dibagian belakang.

Aku mengambil kantong kresek berisi jajan di dalam tasku. "molen yang tadi.." aku menyerahkan plastik berisi 2 buah molen.

Kamu menerimanya dan mengamati kedua molen tersebut. "punyaku yang mana ya?" kamu bingung melihatnya. Kedua molen itu memiliki rasa berbeda. Coklat dan nanas.

Aku ikut mengamati, "yang ada item-itemnya deh.."

Kamu mengambil salah satu molen tersebut. Sebelum dimakan, kamu memeriksa isinya. Setelah yakin molen itu rasa coklat, kamu memakannya. Dan molen yang satunya, kamu jejelin ke aku.

"kumismu..." tiba-tiba kamu berkomentar gara-gara melihat mulutku yang bergerak-gerak mengunyah molen, "tambah panjang deh"

Mendengar hal itu aku secara spontan menutupi mulutku. Ya, aku salah satu perempuan yang memiliki bulu halus diatas bibir. Dan bulu itu semakin panjang. Tapi ini berbeda dengan kumis milik lelaki.

"biar aja.." aku sedikit ngambek. Tanpa sadar aku mengelus bulu yang tumbuh diatas bibirku itu.

"kayak om-om loh.." ujarmu sambil tertawa kecil.

"aaaaa nakal.." aku memukul-mukul lenganmu, tidak terima dikatai seperti itu, "nakal nakal nakal"

Kamu masih memasang wajah geli. "udah udah, ayo pulang, udah sore"

Tuesday, 23 April 2013


"pengeen makan mie..." rengekku ke kakak laki-lakiku.

Kakak laki-lakiku menarik pipiku, "tadi ga bilang. Padahal aku baru aja keluar"

"lah kamu ga bilang kalo mau keluar" aku cemberut, "lapaaar..."

"yaudah nih uang, kamu beli sendiri" kakak laki-lakiku memberiku selembar uang 5000-an dan 2 buah uang 500-an.


Akhirnya aku ke indomaret dengan berbekal uang 6000 rupiah. Beli popmie dan 2 bungkus mie instan goreng. Kemudian jalan dengan santai ke kasir. Karena aku tahu belanjaan ini tidak sampai 6000 rupiah.

"semuanya 6100 rupiah mba" penjaga kasir membacakan nominal yang ada dikomputer.

"eh? HEE?" aku yang sudah mengeluarkan uang 6000 hanya bisa terkejut.

Penjaga kasir kaget mendengarku sedikit berteriak.

"ku-kurang 100 embaa" aku memasang wajah bingung, "yang ini ga usah aja deh"

Kemudian datang seorang penjaga kasir lain. Dia memasukkan semua belanjaanku ke kantong plastik. "udah gapapa mbaa" dia menyerahkan belanjaanku.

"ma-makasih..." aku sedikit membungkuk.


"oongeeekk..." ejek kakak laki-lakiku.

Aku hanya manyun. "harusnya tuh ga sampe 6000 tau harganya. Ini popmie, dilabel harganya tuh 2900, nah mie yang ini satunya tuh 1450 dilabel. Tapi begitu dikasir tuh harganya jadi 1550 cobaa"

"trus struknya mana?" tanya kakak laki-lakiku.

Aku menggeleng, "ga dikasih..."

"woo dasar ongek.. makanya diliat yang benar tuh label harganya..." lagi-lagi kakak laki-lakiku mengejek, "yaudah sana, itu popmienya dibuat. Katanya lapar"

Friday, 19 April 2013


Siang itu...

Sambil duduk menunggu dosen, aku mengipasi wajahku yang mengeluarkan keringat. Kuliah tambahan di siang hari seperti ini sangat tidak efektif.

"kamu tadi bareng ps-kun?" tanya i-chan.

Aku mengangguk, "iya, akukan dari rumah"

"oalah, pantesan.."

Tiba-tiba uhp-chan yang duduk dimeja dosen berdiri, memberitahu bahwa kuliah siang itu tidak jadi. Kami semua saling berpandangan, kemudian meracau.

"ps-kun ayoo pulaaang..." teriakku.

Ketika aku bertemu dengan ps-kun, dia sudah digandeng sama uhp-chan.

"aku anter kekos yak" ujar ps-kun.

"eh? aku ga mau kekos, aku mau kerumah" aku menjelaskan.

"lah, aku mau kesana ama ps-kun" potong uhp-chan, "mm.. kamu ama if-kun aja yak pulang kerumahnya... daahh"

"eh? HEEEEEE??" aku melihat uhp-chan membawa pergi ps-kun.

Aku mulai kebingungan.

"kenapa?" sapa dk-chan.

"anterin pulaaang.." mewekku, "ps-kun diambil uhp-chan"

"ha? kok bisa sih?" dk-chan terkejut, "kejauhan kalo nganter kamu pulang kerumah. Aku anter ke tempat koi-mu aja yak"

Aku mengangguk.

Selama perjalanan, dk-chan terus cerita dengan emosi. Aku hanya bisa menepuk bahunya untuk sabar.

"makasih yak" kulihat dk-chan tersenyum dan pamit pergi.

Aku berjalan masuk ke kos koi.

"assalamualaikum.." teriakku. Kebetulan semua penghuni kos itu lagi berkumpul. Mereka kaget, dan melihatku.

"anterin pulaaaang" pintaku dengan mewek, "ps-kun diambil uhp-chan"

Tuesday, 16 April 2013


"ya itu. Sebagian dari mereka disini loh. Memandangimu dengan heran dan penasaran. Mereka pikir kamu mangsa yang enak"

-Untitled-

Sesaat aku merasakan hawa yang aneh. Membuatku terdiam ketakutan. Kedua kakiku seakan dipegang erat, tidak dapat bergeser sedikitpun.

"jangan menakutinya bodoh!" kakak laki-lakinya sudah berdiri di belakangku. Laki-laki itu terdengar sedikit marah.

"ehee.. maaf" temanku itu menjulurkan lidah, "aku bercanda kok hahaha"

Aku masih ketakutan. Pukulan darinya sedikit menyadarkanku.

"maaf maaf aku menakutimu, hehe.."

"ja-hat.." aku masih merasa gemetar.

"tapi sebagian yang dikatakannya benar" laki-laki itu menambahkan kemudian masuk ke dalam sebuah ruangan.

Aku memandangi teman sekelasku itu. Dia tampak tenang setelah menggodaku. Sepertinya memang banyak yang disembunyikannya.

"yang aku katakan tadi itu ga bohong kok" dia mulai bercerita, "disini memang tidak cuma ada aku dan kakakku. Ada penghuni lain yang tinggal. Dan jumlahnya jauh lebih banyak dari yang kamu kira"

Setelah mendengar itu, spontan kepalaku menoleh mencari yang dia maksud. Tapi aku tidak punya kelebihan untuk melihat makhluk seperti itu.

"ternyata aku salah. Aku kira kamu bisa melihat mereka, makanya aku mengajakmu kesini. Tapi pengamatanmu yang detil, dan sampai membuatku bercerita.. itu keren!"

Aku tidak tahu harus bangga atau tidak. "kenapa kamu mengira aku bisa melihat mereka?"

"insting mungkin hahaha...." dia tertawa, "beberapa orang yang aku ajak kesini hanya terpesona dengan bangunan yang besar ini. Tidak memerhatikan sesuatu yang aneh"

Dari ucapannya, aku merasa bahwa dia merasa kesepian. Dia ingin ada seseorang yang memerhatikannya dan mendengarkan apa yang ingin disampaikannya.

"eh, mereka yang kamu maksud itu makhluk seperti apa? semacam hantu gitu?" aku bertanya perlahan.

"semacam itu" jawabnya cepat, "tapi aku ga suka mereka dibilang begitu. Memangnya rumahku berhantu? Hmm.. mungkin mereka semacam itu, tapi wujud mereka tidak seperti yang ada difilm-film. Mereka sama seperti kamu kok. Hanya saja mereka tidak terlihat. Pernah dengarkan, jika kamu dapat melihat mereka, itu tandanya mereka dalam keadaan lemah"

"oh makanya mereka sekarang tidak terlihat?" dia mengganguk menjawab, "kapan mereka dapat terlihat?"

Dia berpikir. "kalau mereka sedang kelaparan, atau ketika senja mulai datang. Sekitar pukul 4 sore, kamu bisa melihat sebagian dari mereka. Atau ketika bulan purnama. Kamu bisa melihat mereka dari pagi sampai malam. Bukan berarti mereka dalam keadaan lemah, ini malah sebaliknya. Makanya hati-hati ketika bulan purnama"

Friday, 12 April 2013


"bahasa gaulnya secret admirer. Hanya saja kata secretnya dihilangi. Soalnya aku selalu ketahuan kalo sedang mandangin dia. Malu banget rasanya.."

Love Story (Girl's Side)

Siang, pukul 12.15..
Aku memasuki cafe yang sudah lama menjadi tempat makan siangku ketika jam istirahat. Dan meja dipojokan dekat jendela selalu menjadi tempat favoritku. Selain karena meja itu berbeda dari meja yang lain, aku bisa mengamati orang-orang melalui jendela. Tapi hari ini meja itu telah diisi oleh 3 orang pemuda.

"yaah telat..." pikirku. Akhirnya aku memilih meja lain yang dekat jendela.

Seorang pelayan wanita datang menghampiri mejaku. Menanyakan pesananku.

"seperti biasa mba" jawabku santai tanpa melihat daftar menu yang diberikannya.

"es chococino satu?" pelayan itu mencoba menerka. Aku mengangguk memberi jawaban. "mau makannya sekalian?"

Aku menggeleng, "nanti saja mba, nunggu teman"

Setelah memberi senyum, pelayan itu meninggalkanku.

Aku memandang keluar jendela. Orang-orang sibuk berlalu-lalang, terutama pada jam istirahat. Cafe, rumah makan maupun tempat yang menyediakan makan siang selalu ramai. Cafe ini salah satunya. Selain karena dekat dengan kantor, aku menyukai chococino khas cafe ini. Padahal aku termasuk orang yang anti untuk minum sesuatu yang berhubungan dengan kopi.

"silakan pesanannya" sebuah gelas diletakkan diatas mejaku.

"terima kasih" aku tersenyum.

Aroma kopi mulai tercium. Aku mulai mengaduk chococino pesananku dengan sedotan. Membuat es-es yang ada didalam gelas bertabrakan. Air-air yang menempel diluar gelas mengalir, seperti chococino yang masuk ke kerongkongan.

"klining.." lonceng dipintu cafe berbunyi. Tanda jika ada pelanggan yang datang.

Friday, 5 April 2013


Aku mengambil beberapa buku dari lemari. Tiba-tiba beberapa kapur barus jatuh dari atas buku. Aku menepuk dahi. Aku lupa kalau menaruh kapur barus diatas situ. Kemudian kapur barus tersebut aku ambil dan meletakkannya di dalam lemari.

Buku-buku tadi aku bawa ke kamar. Membacanya satu per satu. Sampai akhirannya jam makan malam datang.

"ada ayam serundeng" ujar si mbok memberitahu.

Aku mengangguk. Mengambil nasi dan sepotong ayam bagian paha. Lalu duduk manis di depan tivi.

"ada lauk apa?" tanya kakak laki-lakiku.

"ayam nih.." aku menunjukan ayam yang aku ambil.

Dia hanya mengangguk.

Makan ayam pakai sendok memang cukup sulit. Akhirnya tanganku ikut ambil alih. Aku memegang ayam dan sesekali mengemut tulangnya. Bekas bumbu ayam menempel dijari. Tanpa sadar aku emut jari-jari itu.

Setelah menaruh piring di wastafel dan cuci tangan, tiba-tiba perutku terasa sakit.

"astagfirullah, tadi pegang kapur barus, belum cuci tangan" aku memegang perut yang terasa melilit, "haha setelah tomat, masa keracunan kapur barus?"

Aku lari ke kamar mandi.

Tuesday, 2 April 2013


Malam hari...

Semua anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga. Ngobrol kesana-kemari hingga akhirnya topik pembicaraan menjadi nasi kucing.

"aku baru sekali makan nasi kucing" aku memberitahu, "kemarin pas kerja praktik, nyoba makan itu"

Kakak laki-lakiku tertawa. "padahal di dekat rumah banyak, masa baru makan?"

Aku mengangguk, "iya loh.. porsinya dikit ternyata. Padahal cuma segitu, ditambah telor puyuh yang ditusuk-tusuk itu aja udah kenyang. Kayak dijampi-jampi"

Kakak laki-lakiku heran, "mananya yang kenyang. Dulu tiap tengah malam, selalu diajakin ama ini -nunjuk kearah om- makan nasi kucing di pasar wage. Satu orang tuh makan 5 bungkus, trus bakwannya tuh 20 buah"

"ha?" aku melongo, "itu kelaparan?"

"emang ga kenyang tau.. apalagi bakwannya kan anget. Kapan-kapan aku ajak kesana deh"