Tuesday, 16 April 2013
"ya itu. Sebagian dari mereka disini loh. Memandangimu dengan heran dan penasaran. Mereka pikir kamu mangsa yang enak"
-Untitled-
Sesaat aku merasakan hawa yang aneh. Membuatku terdiam ketakutan. Kedua kakiku seakan dipegang erat, tidak dapat bergeser sedikitpun.
"jangan menakutinya bodoh!" kakak laki-lakinya sudah berdiri di belakangku. Laki-laki itu terdengar sedikit marah.
"ehee.. maaf" temanku itu menjulurkan lidah, "aku bercanda kok hahaha"
Aku masih ketakutan. Pukulan darinya sedikit menyadarkanku.
"maaf maaf aku menakutimu, hehe.."
"ja-hat.." aku masih merasa gemetar.
"tapi sebagian yang dikatakannya benar" laki-laki itu menambahkan kemudian masuk ke dalam sebuah ruangan.
Aku memandangi teman sekelasku itu. Dia tampak tenang setelah menggodaku. Sepertinya memang banyak yang disembunyikannya.
"yang aku katakan tadi itu ga bohong kok" dia mulai bercerita, "disini memang tidak cuma ada aku dan kakakku. Ada penghuni lain yang tinggal. Dan jumlahnya jauh lebih banyak dari yang kamu kira"
Setelah mendengar itu, spontan kepalaku menoleh mencari yang dia maksud. Tapi aku tidak punya kelebihan untuk melihat makhluk seperti itu.
"ternyata aku salah. Aku kira kamu bisa melihat mereka, makanya aku mengajakmu kesini. Tapi pengamatanmu yang detil, dan sampai membuatku bercerita.. itu keren!"
Aku tidak tahu harus bangga atau tidak. "kenapa kamu mengira aku bisa melihat mereka?"
"insting mungkin hahaha...." dia tertawa, "beberapa orang yang aku ajak kesini hanya terpesona dengan bangunan yang besar ini. Tidak memerhatikan sesuatu yang aneh"
Dari ucapannya, aku merasa bahwa dia merasa kesepian. Dia ingin ada seseorang yang memerhatikannya dan mendengarkan apa yang ingin disampaikannya.
"eh, mereka yang kamu maksud itu makhluk seperti apa? semacam hantu gitu?" aku bertanya perlahan.
"semacam itu" jawabnya cepat, "tapi aku ga suka mereka dibilang begitu. Memangnya rumahku berhantu? Hmm.. mungkin mereka semacam itu, tapi wujud mereka tidak seperti yang ada difilm-film. Mereka sama seperti kamu kok. Hanya saja mereka tidak terlihat. Pernah dengarkan, jika kamu dapat melihat mereka, itu tandanya mereka dalam keadaan lemah"
"oh makanya mereka sekarang tidak terlihat?" dia mengganguk menjawab, "kapan mereka dapat terlihat?"
Dia berpikir. "kalau mereka sedang kelaparan, atau ketika senja mulai datang. Sekitar pukul 4 sore, kamu bisa melihat sebagian dari mereka. Atau ketika bulan purnama. Kamu bisa melihat mereka dari pagi sampai malam. Bukan berarti mereka dalam keadaan lemah, ini malah sebaliknya. Makanya hati-hati ketika bulan purnama"
Aku merasa mendapat pelajaran baru darinya tentang makhluk lain selain manusia.
"trus.. yang membawanya kesini.. kamu?" aku semakin bersemangat dan penasaran.
"setiap pulang dari sekolah, aku selalu menemukan mereka di jalan setapak itu. Ada yang mau ikut, ada juga yang tidak. Menurutku, daripada mereka mengganggu manusia yang lewat, mending mereka ke rumahku. Ya hanya seperti itu sih"
"kamu seperti orang yang menolong gelandangan" aku spontan mengatakan itu.
Dia hanya tertawa mendengar ucapanku, "berarti aku orang baik dong"
Aku tersenyum mendengar dia memuji dirinya sendiri, "lalu, apa hubungannya dengan kakakmu? tadi kamu bilang kalau kakakmu tidak boleh jauh-jauh dari rumah"
"begini.." dia menyusun kata-katanya, "kakak itu seperti pelindung rumah ini. Mereka yang tinggal disini tidak bisa kemana-mana atau tidak bisa menyakiti manusia karena ada kakak. Semakin jauh kakak, semakin lemah pelindung rumah ini. Mereka bisa keluar dan mengganggu penduduk sini. Meskipun mereka sudah terbiasa denganku maupun kakak, yang namanya mereka tentunya ingin mendapat yang lebih. Makanya kakak cuma bisa keliling disekitar sini"
Aku bengong mendengar ceritanya. Ternyata ada yang seperti itu dijaman sekarang.
"dan satu lagi..." dia menambahkan, "kakak itu terkadang salah membedakan yang mana manusia dan yang mana bukan hahaha"
"aaa pantas aja kakakmu melihatku begitu.." aku teringat kejadian tadi.
Dia mengangguk, "kakak itu hanya mengingat beberapa wajah manusia. Dan itupun hanya yang sering ditemuinya. Kayaknya tadi kakak bingung melihatmu, manusia atau bukan.."
Aku tertawa kecil.
"sepertinya kamu jadi bersemangat..."
"ahh... ketahuan ya hehe. Habis menarik sih" aku tersipu malu, "kamu sendiri ceritanya juga menggebu-gebu begitu"
"mau gimana lagi, kamu orang pertama yang mendengar ceritaku" dia tersenyum.
Jadi selama ini dia mencari orang yang bisa mendengar ceritanya, pikirku.
"boleh tanya satu lagi?" dia memberi anggukan sebagai jawaban, "boleh tau tentang 'hari itu'?"
Dia terkejut. "hmm.. sepertinya belum saatnya aku memberitahumu tentang itu......"
"yaudah gapapa kok" dengan cepat aku memotongnya, "kalau ada apa-apa, cerita aja yak"
Aku memegang tangannya. Dia tersenyum senang.
"oh iya, sudah sore loh" dia memperingatkanku.
Aku melirik arloji. Jam 4 sore. "ah iya, aku pulang dulu yaa..."
Dia berdiri mengikutiku yang berjalan ke pintu. "ga mau ditemani?"
Aku menoleh kearahnya. Dan baru ingat tentang jalan setapak yang menakutkan itu.
"hari sudah sore" dia melihat ke langit mendung, "sore itu saat kekuatan makhluk seperti mereka melemah. Mereka bisa saja menampakkan wujudnya di depanmu. Aku yakin kamu tidak bisa membedakannya dengan manusia"
"ka-kalo begitu, temani aku...." aku menggandeng tangannya. Kulihat dia tersenyum.
Dia mengantarku hingga ke pinggir jalan besar. Selama perjalanan kami hanya diam.
"kapan-kapan main kerumahku lagi yak..." pintanya.
Aku mengangguk. "eh boleh aku bertanya satu hal? Kamu sama seperti aku kan?"
Dia tersenyum kecil. "aku setengah kamu, juga setengah mereka"
- Author name:
- tekukankertas
- Publish date:
- 14:48:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cerita pendek
short story
untitled series
0 comments:
Post a Comment