Friday, 8 November 2013

Dia berdiri memunggungiku. Siapa?

Siapa Disana?

Sesekali mainlah ketempat kakakmu.
Sms yang dikirim ibu kepadaku 3 hari yang lalu masih teringat di kepalaku. Meski pun sms itu sudah aku hapus dari inbox. Tapi setiap kali ibu menelponku, kalimat itu selalu meluncur di akhir sebelum telpon ditutup.
Aku kuliah di kota yang sama dengan tempat kakak perempuanku bekerja. Awalnya kakak perempuanku menawariku untuk tinggal bersama dengannya di kontrakannya. Dia tidak tinggal sendiri. Ada 3 orang seusianya yang tinggal bersamanya.

Setelah pulang kuliah, aku datang mengunjungi kakak perempuanku. Untungnya hari ini dia pulang kerja lebih awal. Aku sampai di kontrakannya sekitar pukul 4 sore. Hanya ada sepeda motor milik kakak perempuanku di garasi. Aku memarkir motor kesayanganku di sebelah motornya.

Kontrakan kakak perempuanku cukup besar. Ada 4 buah kamar tidur di dalamnya. Semua perabotan dan peralatan dapur telah disediakan oleh si pemilik. Ini kali kedua aku datang kemari.

Langit yang mendung, bahkan gelap, membuat lampu jalan dinyalakan lebih awal. Salah satu lampu jalan terletak persis di depan kontrakan kakak perempuanku. Sehingga rumah kontrakan yang ada di depanku, yang lampunya masih mati, terlihat tidak begitu menyeramkan.

Lampu dari dalam ruangan mulai menyala satu per satu. Begitu pun dengan lampu teras. Lampu berwarna putih itu menempel di plafon teras. Meskipun terang, ada kesan redup. Sesekali lampu itu berkedip-kedip kemudian mati. Dan akan menyala kembali setelah beberapa saat. Apa tidak diganti? Kemudian terdengar suara langkah kaki mendekati pintu. Kakak perempuanku yang terbalut baju mandi berdiri di seberang.

"kakak!" teriakku terkejut. Meski badannya belum basah, tapi wajah dan rambutnya sudah terkena air.

"aku lagi mandi. Kamu nunggu di kamar aja ya" katanya kemudian lari kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Aku melepas sepatu. Kulihat langit mulai menjatuhkan kesedihannya. Semoga cepat reda, pikirku. Titik-titik hujan membasahi teras. Angin yang datang bersama hujan mengarah ke teras, membuat sepatuku basah. Sebelum benar-benar basah aku mengangkatnya. Menaruhnya di dalam. Aku menutup pintu depan.

Ruang tamu. Satu kursi empuk panjang untuk 4 orang, dan 2 kursi kecil untuk 1 orang. Sebuah meja panjang sepanjang kursi panjang. Beberapa toples tanpa isi berdiri malas diatasnya. Lukisan beberapa kuda yang sedang lari menggantung di belakang kursi panjang. Tidak ada yang berubah dari 2 tahun yang lalu.

Ada sebuah tembok yang membagi antara ruang tamu dan ruang menonton televisi. Aku berjalan menuju sebuah televisi berukuran 21 inch. Masih menyala dan menampilkan acara komedi. Di bagian kanan ada 2 kamar berukuran 4 x 3 meter, yang salah satunya kamar kakak perempuanku. Kemudian ada dapur yang menjorok ke dalam. Di bagian kiri ada sebuah kamar berukuran sama yang sedang ditinggal penghuninya. Di sebelahnya -di depan kamar kakakku- sebuah kamar mandi kecil, yang saat ini sedang digunakan oleh kakakku. Ada sebuah kamar yang tidak digunakan, tepat di depan dapur. Seandainya aku dulu mengiyakan permintaan kakak untuk tinggal disini, kamar itu milikku. Karena tidak ada yang mau menggunakannya, kamar itu menjadi tempat sholat. Tapi ntah sejak kapan kamar itu berubah jadi gudang.

Aku masuk ke dalam kamar kakak. Menaruh tas dan duduk di atas tempat tidur. Aku hanya mendengar suara tawa dari acara komedi di televisi, dan suara hujan yang membentur seng penutup tempat jemuran. Dari kamar kakak, tempat jemuran dapat terlihat jelas. Jendela kamar yang dipilih kakak langsung menghadap ke tempat jemuran. Di dekat jendela ada rak buku bertumpuk yang berisi buku koleksi kakak. Semua tertata dengan rapi. Untuk mengambilnya saja butuh tenaga.

Aku tiduran di atas kasur. Memainkan handphone. Kudengar kakak perempuanku sudah selesai mandi. Acara komedi di televisi berubah menjadi acara gosip. Aku meregangkan badan. BRUK! Aku menoleh. Buku-buku di rak buku kakak jatuh berhamburan.

Angin? Atau tanganku? Aku tidak merasa tanganku mengenai rak buku ketika meregangkan badan tadi. Anginkah? Aku melihat jendela. Tertutup. Bahkan korden tipis itu pun tidak menunjukkan adanya angin yang lewat. Siapa disana? Terlihat punggung seseorang dibalik jendela. "kaaak?" panggilku memastikan.

"kenapaa?" jawab kakak perempuanku dengan malas. Kepalaku menoleh ke arah suara. Kakak perempuanku berdiri di depan pintu sambil membawa remote televisi. "ada apa?" ulangnya lagi yang melihat ekspresi aneh di wajahku. "AAAAA kamu apakan bukuku?"

Dia datang menghampiriku setelah melempar remote ke atas kasur. "itu.. itu tadi jatuh sendiri" aku mencoba memberitahu. Tapi ekspresi wajahnya mengatakan lain.

"mana mungkin jatuh sendiri" ujarnya dengan nada sedikit dinaikkan, "kamu ituu.. buku rengket kaya gini mana mungkin jatuh sendiri, kecuali ditendang" kakak perempuanku mengomel sambil membereskan buku-buku yang terjatuh.

"ma-maaf kak.. aku bantu beresin" aku mengembalikan buku-buku tersebut ke tempatnya.

"memang harusnya begitu" dia berhenti mengomel. Diambilnya hair dryer dari laci lemari. Kemudian mengeringkan rambut panjangnya yang ikal.

Siapa tadi? Aku melirik ke jendela dengan perasaan was-was. Tadi ada sebuah punggung yang mengenakan kaos berkerah berwarna biru gelap. Itu tidak mungkin kakak perempuanku. Dia pake daster berwarna pink. Secepat itukah dia ganti baju?

"kaak.." panggilku lirih. Kakak perempuanku hanya menoleh. "temen-temen kakak pulang jam berapa?"

"hmm.." dia mengangkat kepalanya, "sekitar jam 8 mungkin. Kadang jam 10 baru pada pulang. Kenapa?"
Aku menggeleng. "kita di sini cuma berdua kan kak?"

Kakak perempuanku tidak mengerti maksud ucapanku. "maksudmu? kamu jangan membuatku takut.."

Friday, 1 November 2013

Aku berlari menyusuri koridor rumah sakit. Mungkin ini bukan tindakan yang terpuji. Mengingat banyak peringatan untuk tidak berlari di koridor rumah sakit. Tapi ada hal yang harus aku sampaikan ke ibuku yang bekerja sebagai seorang suster di rumah sakit yang terbilang mewah itu. Itu juga bukan alasan yang membuatku bertindak seenaknya seperti ini.

Aku masih berlari. Ruang tempat ibuku beristirahat, ketika jam makan siang, masih satu belokan diujung sana. Kewaspadaanku menjadi menurun setelah menabrak seorang pria berusia 40 tahun yang saat itu sedang berdiri di tengah koridor. Aku membungkuk meminta maaf kemudian melanjutkan untuk pergi ke tempat ibuku. Dan lagi-lagi aku menabrak seorang gadis yang tiba-tiba muncul dari belokan. Tubuhnya yang kecil membuat gadis itu sedikit terpental. Bunga-bunga yang dibawanya jatuh berhamburan.

"ah maaf.." aku mendekatinya. Mengulurkan tangan, membantunya berdiri. Setelah kupastikan dia berdiri dengan benar, aku memungut bunga-bunga yang jatuh disekitarnya. "kamu tidak apa-apa?" tanyaku sambil menyerahkan bunga-bunga tersebut.

Gadis itu mengangguk. Ia menata bunga-bunga tersebut didekapannya. Meski ada beberapa bunga yang mahkotanya rontok.

"maaf ya, aku buru-buru" aku menundukkan kepala dan pergi dari hadapannya.


Flower For You


Beberapa hari ini, aku selalu menghampiri ibu setiap jam pulang sekolah. Menunggunya selesai bekerja. Dan pulang bersama-sama. Seharusnya ini menjadi tugas ayah. Namun seminggu yang lalu, ayah ditabrak sebuah mobil. Ya, untungnya tidak parah. Butuh waktu sekitar sebulan untuk penyembuhan. Sejak itu, tugas menjemput ibu menjadi salah satu tugasku.

Ibu sering menyuruhku bermain dengan teman-teman sambil menunggu dirinya selesai bekerja. Rumah sakit bukan tempat yang nyaman, katanya. Memang benar. Bau obat-obatan yang menyengat, bau orang-orang sakit, bau anyir darah. Belum lagi suara sirine ambulan, suara orang teriak kesakitan, suara tangis orang-orang terdekat. Untung saja aku tahan, kalau tidak mungkin sudah dari kemarin aku menolak menunggu ibu bekerja.

Rumah sakit tempat ibu bekerja sedikit berbeda dengan rumah sakit lainnya. Terdapat 3 bangunan utama. Bangunan paling depan digunakan untuk tempat praktik dokter-dokter, mendaftarkan diri sebagai pasien, dan juga apotek. Bangunan kedua, yang terletak disebelah kiri bangunan utama, digunakan untuk ruang UGD maupun IGD, beberapa ruang rawat inap. Untuk menuju ke bangunan ketiga, ada sebuah jalan dengan atap berbentuk setengah lingkaran. Jalan tersebut berada ditengah-tengah kebun bunga. Sebuah pohon besar berusia puluhan tahun, berdiri kokoh di kebun itu. Pohon kokoh lainnya pun tumbuh ditengah-tengah bangunan ketiga yang berbentuk segiempat, yang merupakan ruang rawat inap. Di tengah bangunan ketiga itu, dibentuk sebuah kebun yang dihiasi bunga-bunga indah. Melihat kebun itu, aku selalu lupa kalau aku saat ini berada di rumah sakit.

Setelah menemui ibu, aku minta ijin mengelilingi rumah sakit. Kerjaanku selama di rumah sakit. Ruangan tempat ibu beristirahat berada di bangunan ketiga lantai 1. Bangunan ini yang paling besar, terdiri dari 5 lantai. Di bagian pintu masuk, dipasang 2 pintu kaca besar yang dapat terbuka sendiri. Ketika masuk ke dalam, sebuah tempat informasi dibuat ditengah-tengah ruangan. Kalau saja bangunan ini terpisah dari kedua bangunan itu, mungkin banyak orang akan menyangka kalau bangunan ini sebuah hotel.

Meski beberapa hari ini aku selalu saja ke kebun bunga di tengah bangunan itu, aku tidak pernah merasa bosan. Suasana yang diberikan kebun itu sungguh menenangkan. Ditambah lagi dengan desain yang memukau, sulit untuk dikatakan dengan kalimat. Aku tidak tahu siapa yang mendesain dan membuat kebun ini. Jika aku bertemu dengannya, aku akan sangat berterima kasih. Baru kali ini aku melihat kebun seindah ini. Di rumah sakit.

Tuesday, 29 October 2013


Siang itu..

Aku dan kamu pergi ke sebuah mall terbesar di kota sebelah. Setiap kali ke mall tersebut rasanya masih kurang kalau tidak masuk ke bagian stationery. Banyaknya boneka yang dipajang dan diletakkan dengan rapi membuatku nyaman. Pada dasarnya aku memang menyukai boneka.

Stationery di mall tersebut tidak hanya tentang buku dan peralatan sekolah, berbagai boneka dan mainan untuk anak-anak juga ada. Peralatan olahraga, konsol game, pernak-pernik komputer, dan berbagai macam pajangan tersusun rapi di rak. Aku berjalan mendekati boneka-boneka kecil yang tergantung di sebuah rak. Boneka pisang, nightmare, lumba-lumba, minion dan lain-lain. Aku memegang salah satu boneka paling bawah yang berbentuk beruang. Ada sebuah benda keras di dalamnya. Ah pasti bunyi nih, pikirku.

"lucu nih" kata kamu memegang sebuah boneka lumba-lumba. "eh ada minion tuh" kamu menunjuk boneka minion yang berada di sebelah boneka beruang tadi.

Kecil, bulet, bantet. Aku tertawa kecil melihat boneka minion itu. Aku memegangnya. Baru saja tanganku menyentuh boneka itu, tiba-tiba boneka itu berbunyi. Dengan cepat aku menarik tangan. Kaget. Ih bunyi. Tapi bunyi itu terus terdengar. Sebuah lagu. Aku menoleh ke belakang. Seorang ibu-ibu berdiri memegangi handphone-nya.

"ealah, suara hape ternyata" aku merasa tertipu.

"kenapa?" tanya kamu dengan wajah datar.

"aku kira tadi bunyinya dari boneka minion" aku menjelaskan, "ternyata suara hape. Kaget tau, padahal baru disentuh sedikit bonekanya"

Kamu tertawa. "suaranyakan datang dari belakang. Aneh ih.."

"biariin..." aku manyun dan meninggalkan rak boneka itu.

Tuesday, 22 October 2013


Suatu malam..

Aku dan kamu keluar dari toko kebutuhan rumah. Pompa galon untuk menggantikan milik ak-chan yang kurusak telah kubeli. Ukurannya sedikit lebih kecil dari punya ak-chan sebelumnya. Dan berwarna hijau. Sebenarnya aku mau saja membelikan pompa galon yang sama dengan milikku. Pompa galon yang ada tombol on-off. Tapi saat itu aku hanya membawa uang 50ribu.

Sambil berjalan menuju motor, kamu membaca deretan nama-nama toko sekitar situ.

"kirei na" ujarmu membaca sebuah nama salon kecantikan. Yang berarti 'cantik' dalam bahasa Indonesia.

Mendengarmu menyebutkan kata-kata itu, aku buru-buru membalas. "a-arigato" aku menundukkan kepala. Senyum-senyum sendiri.

Kamu hanya melihatku dengan wajah datar. Seakan memikirkan apa yang kuucapkan.

Kamu lebih dulu sampai ke motor. Memasang kunci, dan membunyikan motor. Memanaskannya, sambil menungguku yang berjalan lambat.

Begitu aku sampai di dekatmu, kamu memasang wajah 'aku tertipu'. "nyesel aku tadi baca nama salon itu" katamu, "aku baru sadar maksudmu"

"hmp... ahahahahaha" aku tertawa puas.

"aku kira kamu lagi baca tulisan yang dibawahnya" kamu memberi alasan, "eh malah... nyesel pokoknya"

Aku menggembungkan pipi. Mengarahkan tangan yang terkepal, dan menempelkannya ke pipimu. Lalu memutar-mutar tangan. "kejaaaam... masa sebegitu menyesalnya bilang kalau aku cantik"

Kamu hanya menjulurkan lidah dan tertawa.

Friday, 18 October 2013

"assalamualaikum.. assalamualaikum" teriak mba Mika spontan, sesaat sebelum tubuhnya tidak dapat digerakkan.

Siapa Yang Lewat?

Sebuah rumah besar yang digunakan sebagai kos nampak sepi. Garasi yang berada di depan untuk menyimpan kendaraan penghuni kos pun hanya menyisakan sebuah motor matic berwarna hitam. Pintu depan yang terletak di tengah bangunan terbuka beberapa senti dan berayun-ayun ke depan-belakang tertiup angin.

Di ruang tengah duduk seorang anak perempuan dengan kakinya yang dinaikkan ke atas kursi. Meja kaca tanpa taplak di depannya dipenuhi gelas-gelas yang ditinggal pemiliknya, dan bungkusan makanan yang menyisakan runtukan. Si anak perempuan berniat membersihkan meja tersebut, namun niatnya mendadak hilang begitu melihat kotornya meja itu.

"Olif, nonton tivi yuuk..." seseorang keluar dari kamar yang paling dekat dengan ruang tengah. Berjalan menuju televisi dan menyalakannya.

"mba Mika, duduk di bawah aja yak.." saran anak bernama Olif. Dia beranjak dari kursi dan mengambil posisi di depan televisi.

Mba Mika mengambil sebuah karpet gulung disudut ruangan dan menggelarnya. Semacam sebuah piknik di depan televisi. Channel televisi berganti terus menerus. Akhirnya berhenti di acara drama Korea.

"nonton ini aja ya, hehee" mba Mika yang doyan nonton drama Korea hanya nyengir.

Olif mengangguk setuju. Dia juga penikmat drama Korea, walau tidak sefanatik mba Mika.

Sejam berlalu semenjak mereka duduk di depan televisi. Olif dengan santainya tiduran diatas karpet, sedang mba Mika masih duduk dengan melipat kakinya di depan. Camilan di toples yang dibawa Olif dari kamar telah habis setengahnya. Padahal camilan itu tidak pernah dia makan sebelumnya karena rasanya yang aneh.

Televisi itu berada beberapa meter dari pintu depan. Orang yang keluar-masuk akan melewati mereka berdua. Di belakang mereka sebuah pintu yang menuju ke dapur terbuka lebar. Menimbulkan bunyi 'kriiet' setiap tertiup angin. Mendengar suara yang aneh itu, mba Mika menutup pintu tersebut.

Suara orang mengaji mulai terdengar dari masjid. Pergantian waktu sore menuju maghrib. Warna langit pun mulai berubah.

"sepi ya mba" Olif menoleh kearah mba Mika. Dilihatnya perempuan yang 2 tahun lebih tua darinya mengangguk.

Olif melirik lorong yang menuju ke kamarnya yang berada di pojok. Gelap. Seperti sebuah bangsal yang tidak pernah dilewati. Dia ingin bangkit untuk menyalakan lampu, tapi rasa malas menyergapnya.

"yah minumannya habis" mba Mika menuangkan sisa air putih ke mug pinknya. "ambilin dong.." dia menyodorkan wadah minum berwarna transparan kearah Olif.

Olif menerimanya dan meletakkannya dipinggir kepalanya. Dia meregangkan badan sebelum bangun.

Ceklek.

Tuesday, 15 October 2013

Hari Senin, minggu kedua kuliah....
Aku dan kamu berangkat ke kampus lebih cepat dari jadwal kuliah. Menyempatkan diri untuk hadir ke seminar proposal milik uhp-chan. Meski tidak terlalu dekat dengannya, ada rasa semangat untuk hadir ke seminarnya.

Tapi rencana berubah ketika melihat gerombolan mamm-kun. Mereka berencana untuk pergi takziah ke rumah adu-chan. Semalam, ibunda dari adu-chan meninggal. Aku sendiri berencana kesana setelah selesai kuliah bersama i-chan. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku ikut rombongan mamm-kun. Sebelum berangkat, aku mengirim sebuah pesan singkat ke uhp-chan bahwa aku tidak bisa hadir ke seminarnya.

Dirumah adu-chan,
Garasi yang terpisah dari rumah itu penuh dengan kursi untuk tempat tamu yang datang melayat. Aku duduk dibaris ketiga bersama kamu. Melihat yang lain membicarakan hal lain, kamu mulai bercerita.

"kemarin dsh-kun cerita.." kamu menceritakan apa yang dsh-kun bilang padamu. Ada bagian yang membuatmu tertawa kecil dari cerita itu. "waktu itu, at-kun datang bersama na-chan. Disitu juga ada wk-kun. Dsh-kun bilang kalau dia melihat wk-kun megangin dadanya waktu melihat mereka berdua"

Tanganmu memeragakan seperti yang dilakukan wk-kun waktu itu. "padahal itu sudah lama, tapi wk-kun masih merasa sakit dibagian itu waktu melihat mereka" kamu seakan paham rasa sakit yang dialami wk-kun. "sepertinya wk-kun belum bisa melupakannya"

Aku mengangguk. Kamu melihatku sambil bertanya, "pernah merasakan sakit dibagian sini?" Tanganmu menepuk-nepuk dada bagian kiri.

"belum... untuk sekarang belum pernah" aku sedikit menggeleng. Aku sendiri juga ragu apa aku pernah mengalaminya atau belum. Sakit yang timbul karena rasa yang menyesakkan dada.

"aku sudah pernah.."

Pertanyaanku sudah terjawab lebih dahulu sebelum aku menanyakannya padamu. "kapan?"

"hmm.. sebelum sama kamu pokoknya" kamu kembali menyelami masa lalumu. Dan aku tahu apa yang kamu maksud. "terus 1 tahun sama kamu, lancar-lancar aja. Tapi, tahun berikutnya aku merasakannya lagi"

Eh? Aku menatapmu bingung. Aku pernah menyakitimu?

Belum sempat aku menanyakannya padamu, i-chan dan kcms-chan yang duduk di depan kami menoleh.

Friday, 11 October 2013

"aku sendiri tidak tahu aku ini sebenarnya makhluk apa. Manusia atau bukan....."

-Untitled-

Aku berdiri lama di depan cermin. Mengamati pantulan diri. Tangan kiriku menyentuh cermin. Bayangan itu pun melakukan hal yang sama. Aku masih punya bayangan. Tanpa sadar, aku melihat ke bawah. Bayangan hitam yang diciptakan cahaya, terbentuk disana.

Ucapan Yume dan kejadian kemarin membuatku syok. Berkali-kali aku mencubit pipi, tangan, bahkan perutku, untuk memastikan kalau itu hanya mimpi. Tapi, rasa sakit dan panas terasa dibagian yang aku cubit. Aku berpikir pasti ada yang salah dengan cermin di ruang koreografi, tapi apa yang salah? Bayanganku terlihat jelas disana. Dan, hanya ada bayanganku!

Waktu itu, aku sempat mengambil jarak ketika Yume mendekatiku. Ada perasaan takut yang bercampur aduk di dalam pikiranku sehingga aku tidak bisa berpikir logis. Aku ingin lari, tapi kakiku tidak dapat digerakkan. Yume menyadari sikapku. Dia berhenti mendekatiku. Wajahnya mengatakan 'aku tidak berniat menakutimu, tapi beginilah aku'.

Dia bukan hantu, dia bukan setan. Dia Yume! Aku memberi pikiran positif ke otak dan seluruh badanku. Aku memperhatikannya yang melihat ke seluruh kaca yang terpasang di dinding.

"kamu.. takut?" akhirnya dia mulai mengeluarkan suaranya. Hanya anggukan kecil yang kuberikan. "maaf, aku tidak tahu kalau kamu akan sekaget itu"

"siapapun akan kaget bila melihatnya!" aku terkejut mendengar sendiri nada suaraku yang lebih tinggi. Aku tidak bermaksud berteriak.

"aku tahu itu. Aku hanya ingin kamu tahu" dia berjalan mendekati cermin, menyentuh benda itu dengan tangan kanannya. "aku tidak tahu apa yang salah denganku. Setiap kali aku bertemu dengan cermin, pertanyaanku selalu sama. Kemana bayanganku?" dia melihat benda di depannya tidak memantulkan apa-apa. Dari sana, dia dapat melihatku yang berdiri tidak jauh di belakangmu. Dan mulai memperhatikanku. "aku sendiri selalu bertanya-tanya, siapa aku? Manusiakah? Tapi manusia mempunyai bayangan dicermin,
sedangkan aku tidak. Atau aku 'mereka'? Tapi 'mereka' tidak punya bayangan, sedangkan aku masih punya bayangan hitam dibawah kakiku"

Aku mencerna ucapannya. Berusaha mencari kalimat yang pas untuk diucapkan.

"lagipula.." dia menambahkan, "kakiku menyentuh tanah.." dia melompat-lompat untuk membuktikan. Terdengar suara 'buk-buk' dari sepatunya yang menyentuh lantai.

Akhirnya aku tidak berbicara apa-apa waktu itu. Suara langkah dari anak-anak koreografi yang mendatangi ruang itu membuatku dan Yume segera bergegas keluar. Bisa berbahaya kalau mereka melihat keanehan dari Yume, pikirku. Kami diam sepanjang perjalanan pulang.

Aku mengambil dasi yang tergantung di belakang pintu kamar. Beberapa pakaian tergantung disana menjadikannya sarang nyamuk. Sambil menatap cermin, aku membetulkan dasi yang sedikit menyerong ke kanan. Bagaimana cara Yume melakukan kegiatan yang berhubungan dengan cermin?

Tuesday, 2 July 2013


Sabtu pagi...

Lagi-lagi ada jadwal pembekalan KKN. Aku hampir saja lupa kalau ada jadwal itu. Dengan terburu-buru aku berangkat ke LPPM. Tempat pembekalan hari itu berbeda dengan yang pertama. Saking terburu-burunya, aku hampir terpeleset gara-gara lari diatas tanah yang basah. Mengingat ada peringatan untuk mahasiswa yang terlambat tidak boleh masuk.

Di dalam sudah ada seorang yang berdiri memberi penjesalan. Untungnya masih boleh disuruh masuk. Aku duduk sebaris bersama i-chan, kcms-chan dan y-chan. Mendengarkan penjelasan dari seorang yang berdiri di depan.

Suasana yang tenang berubah menjadi ramai ketika bapak yang berdiri di depan, menyuruh kami duduk bersama dengan kelompok yang telah ditentukan. Karena sebagian dari kami masih duduk berdasarkan prodi. Acara pembekalan KKN dimulai dengan sibuk mencari kelompok. Karena dari berbagai prodi dan jurusan, tentunya belum ada yang kenal. Aku hanya mengandalkan handphone untuk mencari mereka.

I-chan sudah menemukan sebagian anggota kelompoknya. Dia keluar dari barisan dan bergabung dengan kelompoknya. Begitu pun y-chan. Yang tersisa hanya aku dan kcms-chan. Yah, kami sepakat untuk duduk dulu ditempat yang tadi sambil mencari kelompok.

"belum ketemu?" tanyaku pada kcms-chan yang masih menghubungi teman kelompoknya.

Kcms-chan menggeleng. "di sms ga ada yang balas"

"hahaha sama.."

Materi pembekalan dimulai. Aku dan kcms-chan sesekali mendengarkan, sesekali ngobrol kemana-mana. Aku tetap mengecek handphone, berharap ada yang membalas sms-ku. Dan benar saja, salah seorang teman kelompokku, rpr-chan, membalas pesanku.
"aku di baris ke 7, paling kiri"
Paling kiri? Kebetulan hanya ada 3 kolom, dan tempat aku duduk berada di tengah. Aku menoleh ke kiri, menghitung baris kursi.

"satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tu...juh"

Eh? Eeeeeh? Ternyata aku juga ada dibaris ke-7. Aku tersenyum ke orang yang duduk di seberangku itu. Sambil melambaikan tangan. Dia ikut tersenyum. Kemudian kami berkenalan.

Aku menoleh ke kcms-chan. Kuharap dia sudah menemukan kelompoknya.

"udah ketemu?" tanyaku.

"udah. Nih ternyata dari tadi di belakangku"

"kelompokku juga ternyata dari tadi di sebelah tuh"

Aku dan kcms-chan tertawa. Orang yang dicari-cari dari tadi ternyata duduk tidak jauh dari kami.

Friday, 21 June 2013


Aku merapikan meja yang ada di kamar kosku. Sedikit berantakan gara-gara kertas yang tidak terpakai menumpuk diatasnya. Belum lagi bingung mau menaruhnya dimana. Karena aku tidak bermaksud untuk membuangnya. Aku punya kebiasaan menyimpan kertas-kertas tidak terpakai begitu.

Cklek. Tiba-tiba pintu kamar yang sedari tadi tertutup, terbuka perlahan. Muncul kepala seseorang dengan rambutnya yang masih basah.

"mbaaa..." panggilnya dengan lirih, ada nada manja dipanggilannya.

Aku menoleh. Melihat raut wajahnya yang sedih bercampur bingung. Gerak-geriknya mengatakan ingin masuk, duduk dan bercerita panjang lebar.

"ada apa?" aku tersenyum melihatnya. Air dirambutnya menetes ke lantai kamarku.

"ada kuliah ga mba?" tanyanya terlebih dahulu, memastikan ceritanya tidak mengganggu jadwal kuliahku.

Aku menggeleng. "nanti jam 1 kok. Sini masuk"

Wajahnya berubah senang. Dia masuk ke dalam kamarku, mengambil posisi duduk diatas kasur. Dan aku duduk diatas karpet.

Dia mulai bercerita panjang lebar. Volume suaranya dibuat sekecil mungkin. Membuatku harus mendekatkan badan agar mendengar suaranya. Aku tahu, ini cerita yang tidak boleh didenger teman-temannya. Jadi teringat semalam, dia mencubitku yang bersuara keras waktu mengetahui dia berbohong.

Jam menunjukkan pukul 10.15. Dia, adik angkatanku, masih saja bercerita. Handuk dipangkuannya, terkadang dipakainya untuk mengeringkan rambut panjangnya yang awut-awutan. Aku sesekali menimpali ceritanya.

"...aku kalo cerita ke mereka tuh, ditanggepin biasa. Malah kadang cuma 'oh'. Ga ngasih solusi..." kata-kata yang cukup menyesakkan hati. Sejak pertama kali dia cerita kepadaku, ada rasa sedih gara-gara aku tidak bisa memberinya solusi. Aku tidak pernah mengalami apa yang dialami dia -apalagi dibidang percintaan. Tapi setidaknya dia sedikit merasa lega karena bebannya terkurangi. Biasanya masalah akan terasa lega kalau disampaikan ke orang.

Dia mengubah jalan cerita. Cerita kini berpusat pada teman-temannya. Seperti dikalangan cewek pada umumnya, teman-teman di kelasnya bergerombol. Sama seperti yang terjadi padaku di awal-awal semester. Dia mengaku kalau dirinya netral dan fleksibel. Di gerombolan manapun dia bisa masuk. Hanya saja, yang netral seperti dia cuma segelintir cewek.

"yang sedih tuh ya mba.. pas kuliah apa ya aku lupa.. itu kan di mipa kuliahnya. Habis kuliah biasanya kan pada dolan kemana gitu. Masa pas itu aku ga diajak coba. Mereka ninggalin aku. Padahal biasanya mereka sms nanya aku dimana.. waktu itu ga ada yang sms.."

Rasanya mirip sesuatu. Aku mengingat-ingat. Terlintas sebuah foto diingatanku. Ah, ternyata ga cuma aku yang mengalami. Foto yang sedang main itu diupload oleh seseorang. Terlihat kalian sedang main di sebuah pantai. Pertanyaanku saat itu, "ini kapan? kok aku ga diajak?". Seharian itu aku merasa tidak pernah ada teman yang mengajakku main. Sekedar mengajak.

"aaah.." teriaknya kencang, "sudah setengah sebelas! Aku ada kuliah.."

Aku melirik jam. Sudah menunjukkan pukul 10.35. Kulihat dia berlari keluar kamar. Tapi tiba-tiba berhenti di pintu. Ntah apa yang disampaikannya, tidak terdengar. Dia menutup setengah pintu kamarku, dan masuk ke kamarnya.

Friday, 7 June 2013


Suatu siang, saat jam istirahat pembekalan KKN.....

"aku mau makan dulu yaa. Belum sarapan nih" i-chan pergi bersama y-chan, kcms-chan dan htf-chan, meninggalkan aku dan im-chan.

Aku menoleh ke im-chan. "mau jajan apa nih?"

Im-chan berpikir sejenak. "apa ya, bingung. Kamu mau jajan apa?"

"hmm.. gimana kalau ke depan lapangan aja. Disana banyak yang jualankan?" tawarku. Kulihat im-chan mengangguk. Akhirnya kami jalan ke depan lapangan.

Sejujurnya sudah lama tidak jalan lewat daerah ini. Jadi ingat, dulu waktu semester 2, sering jalan bolak-balik bareng i-chan gara-gara gedung untuk kuliahnya ganti.

Kami berdua sampai di depan lapangan. Melewati berbagai macam dagangan. Dan berhenti di tempat jualan cilok-cimol.

"loh i-chan?" aku terkejut melihat i-chan yang sedang makan pempek. Kebetulan tukang pempeknya dekatan dengan tukang cilok-cimol. "loh katanya mau makan"

"lah ini makan" kata i-chan.

"kirain mau makan nasi"

Im-chan menepuk bahuku. "mau pesan apa kamu? aku ciloknya ya mas, 3000"

"aku cimol aja mas, 2500" pesanku.

Kulihat im-chan duduk di salah satu bangku, "ih masa pake setengah-setengah sih" ejeknya.

"yaudah mas, 3000 deh. Puas?" im-chan hanya tertawa.

Mas penjual yang setinggi sama im-chan mulai memasukkan beberapa cimol ke dalam plastik. Dan menanyakan ingin rasa apa kepadaku dengan sikap SKSD.

"keju aja mas" jawabku.

Dua sendok kecil yang beisi bubuk keju dimasukkan ke dalam plastik dan dikocoknya. Setelah bercampur, diikatnya ujung plastik dan diletakkan ke dalam sebuah plastik hitam. Mas penjual kembali mengambil plastik untuk pesanan im-chan.

"ciloknya pedes apa engga mba?" tanya mas penjual, melihat im-chan.

"pedes mas, pedes banget.." im-chan memberi jawaban dengan semangat.

"anu mas, kasih saosnya aja mas" candaku ke mas penjual.

"hahahaha janganlah.. masa makan saos" im-chan tertawa.

I-chan yang sudah selesai makan pempek, berdiri. Nimbrung.

"ke usah dikasih cilok mas, saos aja" i-chan menambahkan.

"apa kamu hah? sini bayarin" ujar im-chan dengan nada memalak ketika melihat i-chan mengambil dompet untuk membayar pempeknya.

"aku bayar pakai cinta yaa~~" kata i-chan ke im-chan dengan bercanda.

"yaudah sana, bayarnya ke mas cimol yaa, PA-KAI CIN-TA" aku buru-buru menambahkan, dan menekankan kata 'pakai cinta'.

Im-chan ikutan mengejek i-chan. Dan kulihat i-chan mulai salah tingkah gara-gara ucapannya sendiri. Aku, im-chan dan yang lain tertawa melihat ekspresi i-chan.

Tuesday, 4 June 2013


Suatu siang..

Aku duduk di baris ke tiga dari depan. Sebelah kiriku, duduk i-chan yang sedang serius mendengarkan kuliah. Sedang fs-chan yang duduk di kananku, sedang sibuk mencatat slide yang diterangkan oleh TC-sensei. Dan aku sendiri, menggigit ujung pulpen sambil mendengar TC-sensei menjelaskan mata kuliah SPPK.

Seperti biasa, TC-sensei mengajar kuliah dengan diselingi candaan. Dan ss-kun yang selalu jadi bahan candaan beliau. Selesai menjelaskan beberapa slide, TC-sensei memandang kami, berharap kami paham dengan yang dijelaskan beliau.

"sae..?" ucap TC-sensei dalam bahasa Jawa, tiba-tiba. Sebagian dari kami yang dari Jawa menjawab 'sae'. "sae nggeh.. gotong" TC-sensei menambahkan.

Ruang kelas seketika tertawa. I-chan yang duduk disebelahku ikut tertawa. Aku yang tidak paham hanya terdiam.

"maksudnya apa?" tanyaku pada I-chan.

I-chan yang masih tertawa, berhenti sejenak untuk menjelaskan. "itu loh, kalau orang meninggal, biasanya sebelum dibawa untuk dikubur, ditanyain dulu sifat-sifatnya. Baik engga? Kalau baik, yaudah digotong, dibawa ke kubur"

Bibirku membentuk huruf O. Kemudian aku tertawa kecil. Ketinggalan.

Kelas kembali sepi. Mendengarkan TC-sensei bercerita. Ya, cerita. Tentang masa lalu TC-sensei. Bukan tentang SPPK.

"makanya saya tuh kadang 'ngejek' biar pada tahan banting, contoh saja ini" TC-sensei menunjuk kakak angkatan yang badannya agak besar, yang sering jadi bahan candaan TC-sensei, "kalau ini udah tahan mau diapa-apain aja"

Kembali, ruang kelas tertawa. Dan TC-sensei kembali melanjutkan ceritanya. Dan kami semua menyimak.

"dulu waktu saya kecil, saya itu penakutnya bukan main. Nah, pas SMA sudah mulai berani. Tiap ada tetangga yang meninggal, saya itu ikut menguburkan jenasahnya. Itu nunggu di lubang. Ya kayak gitu" kenang TC-sensei.

"Waktu itu saya nganterin jenasah om saya ke rumahnya. Om saya itu meninggal kecelakaan. Nganterinnya pakai mobil ambulans, saya sendirian jaga jenasahnya di belakang. Takutkan ya? Siapa tahu jenasahnya bangun gitu" TC-sensei memberi jeda, saat mendengar kami semua tertawa.

"Om bapak kerjanya apa?" tanya SS-kun, kepo.

"Om saya itu kerja di kepolisian" TC-sensei mejawab dan melanjutkan ceritanya, "Dulu makam om saya itu di jaga 7 hari 7 malam. Orang dulu kan percaya kalau tali pocong...."

BRAK. Pintu ruang kelas yang tadinya tertutup rapat, tiba-tiba terbuka. Seakan ada yang mendorong. Kami semua yang ada di dalam kelas terdiam. Memandang pintu yang kini terbuka lebar. Ada rasa takut.

Ruang kelas yang kami pakai terletak dilantai 2. Di depan ruang kelas ada beberapa jendela yang meski dibuka tidak ada angin yang lewat. Pintu ruang kelas saat itu ditutup rapat. Untuk membukanya, tentunya dengan menggunakan gagang pintu.

"waah.." TC-sensei mulai berbicara kembali. Mencairkan suasana yang mendadak horor. TC-sensei mendekati pintu, dan menutupnya. "hahaha wajahnya pucat" TC-sensei menunjuk htf-chan yang kebetulan duduk dekat dengan pintu.

"sudah sudah, kita kembali ke SPPK saja.." TC-sensei kembali melanjutkan menerangkan kuliah hari itu.

Friday, 24 May 2013

Senin malam...

"ada yang lihat motor vixion putih platnomer *** lewat sini ga?" tanya dua orang yang tiba-tiba datang ke sebuah warung tempat aku dan kamu lagi makan malam. Terpancar kepanikan dari wajahnya.

Beberapa orang yang ada di warung itu saling berpandangan. Kemudian menggeleng bersamaan. Mengetahui jawaban dari orang-orang di warung tersebut, mereka merasa putus asa. Setelah menundukkan kepala dan mengucapkan 'terima kasih', mereka berdua pergi. Ketempat kemungkinan motor yang mereka cari berada.

Kamu memandangku. "itu angkatan '12 kan?" tanyamu padaku. Aku mengangguk dengan sedikit ragu. "bukan motor pacarnya hmf-chan?"

Aku kaget. "masa? motornya ilang gitu?"

"kayaknya.. eh ga tau ding, seingatku motornya juga vixion, tapi platnomernya bukan itu" kamu menjelaskan.

"serem yak.. motor ilang gitu. Daerah sini emang rawan" aku menggelengkan kepala karena buruknya keamanan di daerah ini. Mungkin lebih tepatnya kesadaran warga daerah ini.


Aku pulang ke kos. Kulihat pintu kamar ay-chan, penghuni kamar nomor 5, sedikit terbuka. Aku menghampiri kamarnya. Berharap ay-chan yang juga angkatan '12 tahu tentang kejadian itu.

"itu motor siapa yang hilang?" tanyaku.

"aaa itu mba, motornya ****" ceritanya, "hilang di kos dekat lapangan yang kemarin buat main bola. Tau ga mba, itu motornya belum lama, belum ada 1 tahun loh"

Aku mengangguk-angguk mendengar ceritanya. Dan aku juga cerita kalau bertemu an-chan di jalan yang sedang menuju kantor polisi. Ay-chan membenarkan ceritaku. Setelah mendapat sedikit informasi yang jelas, aku berjalan ke kamar. Ah, enaknya punya teman kos yang beda angkatan dan beda prodi.

Tuesday, 21 May 2013



Suatu hari, di kos...

Aku menuang pelembut pakaian ke mesin cuci yang telah terisi air. Mengaduk air tersebut dengan tangan, agar bercampur. Lalu memasukkan beberapa lembar baju yang telah dicuci tadi. Dari jauh, aku melihat ak-chan melambaikan tangan.

"masih lama ga nyucinya?" tanya ak-chan, penghuni sebelah kamarku.

Aku menggeleng. "tinggal ngeringin kok. Mau nyuci ya?"

"iyaaa.. cuciannya numpuk" ujarnya dengan sedikit teriak, "habis kamu, aku yang pake ya mesin cucinya.."

"a-ano ak-chan... tapi airnya ga ngalir.." aku memberitahunya dengan tidak tega. Mencoba memastikan, aku membuka kran yang mengalir ke mesin cuci. Tidak ada air yang keluar setetes pun.

"ha? masaa?" kali ini ak-chan benar-benar teriak, kaget. Dia buru-buru memastikan. Dibukanya kran yang biasa digunakan untuk wudhu. "yaaaaah airnya ga ngalir.. pokoknya kalo airnya ngalir, aku yang pake mesin cucinya.. aku yang pake mesin cucinya" ak-chan mengulangi ucapannya. Berharap teman-teman satu kos dengar.


Beberapa jam kemudian..

Terdengar suara air mengisi mesin cuci. Oh, airnya udah ngalir. Aku membereskan tempat tidur dari setumpukkan kertas dan buku. Kemudian mengambil posisi nyaman untuk tiduran. Tidak lupa mengarahkan kipas angin ke bagian kaki. Tiba-tiba.... pet!

Eh? Kipas angin mati. Suara mesin cuci tidak terdengar. Mati listrik?
"yah yah... listriknya matii" teriak ak-chan kesal. Terdengar dia ngomel-ngomel tidak karuan di belakang. Yah mau bagaimana lagi, daerah kos ini sering banget mati listrik.

"ak-chan.. ak-chan.." aku memanggilnya dari luar kamar. Tidur atau pergi yak?

"ak-chan pergi mba.." tiba-tiba an-chan, penghuni depan kamarku, memberitahu. "dia minggat ke kota sebelah mba, gara-gara disini mati listrik terus, bingung ngerjain tugas katanya"

Benar juga ya.. Akhir-akhir ini krisis air. Ditambah lagi seringnya mati listrik. Rasanya ingin minggat juga.

Friday, 17 May 2013


Kamis sore....

Nanti main ya, gantiin fdp-chan..

Aku yang baru bangun tidur, masih setengah sadar, mencoba membaca sms tersebut dengan teliti. Mengira as-kun salah kirim sms.

Hah? main? fdp-chan kenapa emang?

Dengan cepat, sms berikutnya datang. Dia sakit. Nanti di gor jam tengah 7, oke?

Aku bingung harus menanggapi apa. Akhirnya, yaudah aku mau main..

Bulan ini, kampusku mengadakan pekan olahraga. Acara ini merupakan acara tahunan. Kebetulan angkatanku baru ikut tahun ini. Sepak bola, futsal, bulutangkis, voli, catur, basket. Semua olahraga dikhususkan untuk laki-laki. Berhubung kampus teknik, jumlah perempuan hanya sedikit. Perempuan hanya kebagian futsal dan bulutangkis bagian ganda campuran.

Aduh beban nih. Mengingat ganda campuran yang diwakilin as-kun dan fdp-chan menang pada pertandingan sebelumnya. Aku mencari nomor kamu di contact hape. Dan langsung menelponmu.

"yaa?" jawabmu diujung sana.

"aku disuruh main ganda campuran..." ceritaku dengan tidak yakin, "tadi as-kun sms, ada pertandingan jam tengah 7.."

"yakin mau main?"

Aku terdiam. Permainan bulutangkisku tidak sebagus itu. Pergerakan tubuhku juga tidak seluwes fdp-chan. "iyaah.." jawabku lirih, masih tidak yakin.

"yaudah, nanti aku anter ke sana"

Aku menutup telpon. Bangun dari tidurku. Menarik semua nyawa. Lalu berdiri, menggerakkan badan. Mengayunkan tangan ke sana kemari membayangkan tangan menggenggam sebuah raket. Dengan kaki ikut ke depan belakang, seperti mengejar kok.

Sebuah sms mengagetkanku. Cepat siap-siap, aku jemput sekarang..

Aku kelabakan. Apa yang harus disiapkan?

Tuesday, 30 April 2013


Namanya Yume. Dua tahun yang lalu dia pindah ke sekolah ini. Yang membuat dia mencolok diantara para siswa sekolah ini adalah rambut pendeknya yang berwarna putih. Memiliki rambut yang berbeda dari kebanyakan orang menimbulkan beberapa isu. Ada yang beranggapan kalau dia terkena penyakit parah, ada juga yang mengatakan bahwa dia seorang anak yang dikutuk.

-Untitled-

Aku berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya. Ucapan Yume kemarin sore membuatku semalaman terjaga. Aku setengah kamu, juga setengah mereka. Apa maksudnya? Apa dia menggodaku lagi?

Sekolah masih sangat sepi. Ruangan kelas masih terkunci. Beberapa petugas kebersihan menyapu daun-daun kering yang berjatuhan di taman sekolah. Aku tersenyum memberi salam kepada mereka.

Pikiranku masih berusaha mencerna ucapan Yume. Setelah dia menceritakan semua 'rahasia'-nya, aku kira ucapan itu bukan untuk menggodaku. Apa ya maksud ucapannya itu? Kalau dipikir-pikir, namanya berarti mimpi. Maksudnya dia ga nyata begitu?

"Ikkii..."

Aku menoleh mendengar suara teriakan itu. Seseorang berlari kearahku dan menangkapku.

"Yu-Yume?" aku terkejut ketika tiba-tiba dia memelukku.

"ehehe.." seperti biasa dia hanya tersenyum-senyum.

"tumben datang pagi?" aku memulai pembicaraan.

"itu harusnya pertanyaanku. Ikki sukanya berangkat siang kan?"

"oh iya hahaha. Aku semalam ga bisa tidur" kulihat raut wajahnya bertanya-tanya, "gara-gara ucapanmu kemarin"

"yang mana?" dia mengingat-ingat, "ah yang itu.. ya ampun, ga usah terlalu dipikir"

Kami duduk di luar kelas. Petugas yang membawa kunci ruang kelas belum datang. Selama menunggu kelas dibuka, kami hanya membicarakan tentang sekolah dan ekstrakulikuler. Rasanya menjadi semakin akrab dengannya. Padahal sebelumnya, jarang sekali aku menyapanya meski dia duduk di belakang bangkuku.

"oh iya, ikki ambil ekskul apa?"

"paduan suara. Dulu aktif disitu, tapi karena udah tingkat akhir, jadi ga aktif lagi"

"ya mau gimana lagi, tingkat akhir seperti kita konsennya ke pelajaran"

"iya sih, hanya saja kadang kangen datang ke ruangan paduan suara"

"tinggal datang saja bolehkan? di klubku boleh-boleh saja kok datang ke ruangan"

"enggak boleh ama guru vokalnya. Anak tingkat akhir ga boleh datang. Nyebelin banget kan?" aku merasa geregetan kalau mengingat guru vokal mengusir anak tingkat akhir yang datang ke ruang paduan suara, "loh Yume ikut ekskul apa?"

"kesenian. Asik loh.."

"wah.. Yume jago nggambar?"

"di klub kesenian ga cuma jago menggambar. Ada yang pahat juga. Semua diajari, jadi anggotanya bisa semua. Aku lebih tertarik ke lukisan"

"aku mau lihat lukisanmu" aku memasang wajah memohon.

"kalau ga salah di ruang klub ada. Kita kesana pas jam istirahat atau jam pulang ya.."

Aku mengangguk senang.


Friday, 26 April 2013


Suatu sore, di area parkir sebuah bank...

Kamu keluar dari sebuah mesin atm. Kulihat tanganmu masih sibuk mengatur isi dompet hitam itu. Kemudian kamu menuju kearahku yang sedang duduk menunggumu di atas motor.

Aku turun dari motor, mengira kamu akan mengajakku pulang. Tapi ternyata kamu malah duduk dibagian belakang.

Aku mengambil kantong kresek berisi jajan di dalam tasku. "molen yang tadi.." aku menyerahkan plastik berisi 2 buah molen.

Kamu menerimanya dan mengamati kedua molen tersebut. "punyaku yang mana ya?" kamu bingung melihatnya. Kedua molen itu memiliki rasa berbeda. Coklat dan nanas.

Aku ikut mengamati, "yang ada item-itemnya deh.."

Kamu mengambil salah satu molen tersebut. Sebelum dimakan, kamu memeriksa isinya. Setelah yakin molen itu rasa coklat, kamu memakannya. Dan molen yang satunya, kamu jejelin ke aku.

"kumismu..." tiba-tiba kamu berkomentar gara-gara melihat mulutku yang bergerak-gerak mengunyah molen, "tambah panjang deh"

Mendengar hal itu aku secara spontan menutupi mulutku. Ya, aku salah satu perempuan yang memiliki bulu halus diatas bibir. Dan bulu itu semakin panjang. Tapi ini berbeda dengan kumis milik lelaki.

"biar aja.." aku sedikit ngambek. Tanpa sadar aku mengelus bulu yang tumbuh diatas bibirku itu.

"kayak om-om loh.." ujarmu sambil tertawa kecil.

"aaaaa nakal.." aku memukul-mukul lenganmu, tidak terima dikatai seperti itu, "nakal nakal nakal"

Kamu masih memasang wajah geli. "udah udah, ayo pulang, udah sore"

Tuesday, 23 April 2013


"pengeen makan mie..." rengekku ke kakak laki-lakiku.

Kakak laki-lakiku menarik pipiku, "tadi ga bilang. Padahal aku baru aja keluar"

"lah kamu ga bilang kalo mau keluar" aku cemberut, "lapaaar..."

"yaudah nih uang, kamu beli sendiri" kakak laki-lakiku memberiku selembar uang 5000-an dan 2 buah uang 500-an.


Akhirnya aku ke indomaret dengan berbekal uang 6000 rupiah. Beli popmie dan 2 bungkus mie instan goreng. Kemudian jalan dengan santai ke kasir. Karena aku tahu belanjaan ini tidak sampai 6000 rupiah.

"semuanya 6100 rupiah mba" penjaga kasir membacakan nominal yang ada dikomputer.

"eh? HEE?" aku yang sudah mengeluarkan uang 6000 hanya bisa terkejut.

Penjaga kasir kaget mendengarku sedikit berteriak.

"ku-kurang 100 embaa" aku memasang wajah bingung, "yang ini ga usah aja deh"

Kemudian datang seorang penjaga kasir lain. Dia memasukkan semua belanjaanku ke kantong plastik. "udah gapapa mbaa" dia menyerahkan belanjaanku.

"ma-makasih..." aku sedikit membungkuk.


"oongeeekk..." ejek kakak laki-lakiku.

Aku hanya manyun. "harusnya tuh ga sampe 6000 tau harganya. Ini popmie, dilabel harganya tuh 2900, nah mie yang ini satunya tuh 1450 dilabel. Tapi begitu dikasir tuh harganya jadi 1550 cobaa"

"trus struknya mana?" tanya kakak laki-lakiku.

Aku menggeleng, "ga dikasih..."

"woo dasar ongek.. makanya diliat yang benar tuh label harganya..." lagi-lagi kakak laki-lakiku mengejek, "yaudah sana, itu popmienya dibuat. Katanya lapar"

Friday, 19 April 2013


Siang itu...

Sambil duduk menunggu dosen, aku mengipasi wajahku yang mengeluarkan keringat. Kuliah tambahan di siang hari seperti ini sangat tidak efektif.

"kamu tadi bareng ps-kun?" tanya i-chan.

Aku mengangguk, "iya, akukan dari rumah"

"oalah, pantesan.."

Tiba-tiba uhp-chan yang duduk dimeja dosen berdiri, memberitahu bahwa kuliah siang itu tidak jadi. Kami semua saling berpandangan, kemudian meracau.

"ps-kun ayoo pulaaang..." teriakku.

Ketika aku bertemu dengan ps-kun, dia sudah digandeng sama uhp-chan.

"aku anter kekos yak" ujar ps-kun.

"eh? aku ga mau kekos, aku mau kerumah" aku menjelaskan.

"lah, aku mau kesana ama ps-kun" potong uhp-chan, "mm.. kamu ama if-kun aja yak pulang kerumahnya... daahh"

"eh? HEEEEEE??" aku melihat uhp-chan membawa pergi ps-kun.

Aku mulai kebingungan.

"kenapa?" sapa dk-chan.

"anterin pulaaang.." mewekku, "ps-kun diambil uhp-chan"

"ha? kok bisa sih?" dk-chan terkejut, "kejauhan kalo nganter kamu pulang kerumah. Aku anter ke tempat koi-mu aja yak"

Aku mengangguk.

Selama perjalanan, dk-chan terus cerita dengan emosi. Aku hanya bisa menepuk bahunya untuk sabar.

"makasih yak" kulihat dk-chan tersenyum dan pamit pergi.

Aku berjalan masuk ke kos koi.

"assalamualaikum.." teriakku. Kebetulan semua penghuni kos itu lagi berkumpul. Mereka kaget, dan melihatku.

"anterin pulaaaang" pintaku dengan mewek, "ps-kun diambil uhp-chan"

Tuesday, 16 April 2013


"ya itu. Sebagian dari mereka disini loh. Memandangimu dengan heran dan penasaran. Mereka pikir kamu mangsa yang enak"

-Untitled-

Sesaat aku merasakan hawa yang aneh. Membuatku terdiam ketakutan. Kedua kakiku seakan dipegang erat, tidak dapat bergeser sedikitpun.

"jangan menakutinya bodoh!" kakak laki-lakinya sudah berdiri di belakangku. Laki-laki itu terdengar sedikit marah.

"ehee.. maaf" temanku itu menjulurkan lidah, "aku bercanda kok hahaha"

Aku masih ketakutan. Pukulan darinya sedikit menyadarkanku.

"maaf maaf aku menakutimu, hehe.."

"ja-hat.." aku masih merasa gemetar.

"tapi sebagian yang dikatakannya benar" laki-laki itu menambahkan kemudian masuk ke dalam sebuah ruangan.

Aku memandangi teman sekelasku itu. Dia tampak tenang setelah menggodaku. Sepertinya memang banyak yang disembunyikannya.

"yang aku katakan tadi itu ga bohong kok" dia mulai bercerita, "disini memang tidak cuma ada aku dan kakakku. Ada penghuni lain yang tinggal. Dan jumlahnya jauh lebih banyak dari yang kamu kira"

Setelah mendengar itu, spontan kepalaku menoleh mencari yang dia maksud. Tapi aku tidak punya kelebihan untuk melihat makhluk seperti itu.

"ternyata aku salah. Aku kira kamu bisa melihat mereka, makanya aku mengajakmu kesini. Tapi pengamatanmu yang detil, dan sampai membuatku bercerita.. itu keren!"

Aku tidak tahu harus bangga atau tidak. "kenapa kamu mengira aku bisa melihat mereka?"

"insting mungkin hahaha...." dia tertawa, "beberapa orang yang aku ajak kesini hanya terpesona dengan bangunan yang besar ini. Tidak memerhatikan sesuatu yang aneh"

Dari ucapannya, aku merasa bahwa dia merasa kesepian. Dia ingin ada seseorang yang memerhatikannya dan mendengarkan apa yang ingin disampaikannya.

"eh, mereka yang kamu maksud itu makhluk seperti apa? semacam hantu gitu?" aku bertanya perlahan.

"semacam itu" jawabnya cepat, "tapi aku ga suka mereka dibilang begitu. Memangnya rumahku berhantu? Hmm.. mungkin mereka semacam itu, tapi wujud mereka tidak seperti yang ada difilm-film. Mereka sama seperti kamu kok. Hanya saja mereka tidak terlihat. Pernah dengarkan, jika kamu dapat melihat mereka, itu tandanya mereka dalam keadaan lemah"

"oh makanya mereka sekarang tidak terlihat?" dia mengganguk menjawab, "kapan mereka dapat terlihat?"

Dia berpikir. "kalau mereka sedang kelaparan, atau ketika senja mulai datang. Sekitar pukul 4 sore, kamu bisa melihat sebagian dari mereka. Atau ketika bulan purnama. Kamu bisa melihat mereka dari pagi sampai malam. Bukan berarti mereka dalam keadaan lemah, ini malah sebaliknya. Makanya hati-hati ketika bulan purnama"

Friday, 12 April 2013


"bahasa gaulnya secret admirer. Hanya saja kata secretnya dihilangi. Soalnya aku selalu ketahuan kalo sedang mandangin dia. Malu banget rasanya.."

Love Story (Girl's Side)

Siang, pukul 12.15..
Aku memasuki cafe yang sudah lama menjadi tempat makan siangku ketika jam istirahat. Dan meja dipojokan dekat jendela selalu menjadi tempat favoritku. Selain karena meja itu berbeda dari meja yang lain, aku bisa mengamati orang-orang melalui jendela. Tapi hari ini meja itu telah diisi oleh 3 orang pemuda.

"yaah telat..." pikirku. Akhirnya aku memilih meja lain yang dekat jendela.

Seorang pelayan wanita datang menghampiri mejaku. Menanyakan pesananku.

"seperti biasa mba" jawabku santai tanpa melihat daftar menu yang diberikannya.

"es chococino satu?" pelayan itu mencoba menerka. Aku mengangguk memberi jawaban. "mau makannya sekalian?"

Aku menggeleng, "nanti saja mba, nunggu teman"

Setelah memberi senyum, pelayan itu meninggalkanku.

Aku memandang keluar jendela. Orang-orang sibuk berlalu-lalang, terutama pada jam istirahat. Cafe, rumah makan maupun tempat yang menyediakan makan siang selalu ramai. Cafe ini salah satunya. Selain karena dekat dengan kantor, aku menyukai chococino khas cafe ini. Padahal aku termasuk orang yang anti untuk minum sesuatu yang berhubungan dengan kopi.

"silakan pesanannya" sebuah gelas diletakkan diatas mejaku.

"terima kasih" aku tersenyum.

Aroma kopi mulai tercium. Aku mulai mengaduk chococino pesananku dengan sedotan. Membuat es-es yang ada didalam gelas bertabrakan. Air-air yang menempel diluar gelas mengalir, seperti chococino yang masuk ke kerongkongan.

"klining.." lonceng dipintu cafe berbunyi. Tanda jika ada pelanggan yang datang.

Friday, 5 April 2013


Aku mengambil beberapa buku dari lemari. Tiba-tiba beberapa kapur barus jatuh dari atas buku. Aku menepuk dahi. Aku lupa kalau menaruh kapur barus diatas situ. Kemudian kapur barus tersebut aku ambil dan meletakkannya di dalam lemari.

Buku-buku tadi aku bawa ke kamar. Membacanya satu per satu. Sampai akhirannya jam makan malam datang.

"ada ayam serundeng" ujar si mbok memberitahu.

Aku mengangguk. Mengambil nasi dan sepotong ayam bagian paha. Lalu duduk manis di depan tivi.

"ada lauk apa?" tanya kakak laki-lakiku.

"ayam nih.." aku menunjukan ayam yang aku ambil.

Dia hanya mengangguk.

Makan ayam pakai sendok memang cukup sulit. Akhirnya tanganku ikut ambil alih. Aku memegang ayam dan sesekali mengemut tulangnya. Bekas bumbu ayam menempel dijari. Tanpa sadar aku emut jari-jari itu.

Setelah menaruh piring di wastafel dan cuci tangan, tiba-tiba perutku terasa sakit.

"astagfirullah, tadi pegang kapur barus, belum cuci tangan" aku memegang perut yang terasa melilit, "haha setelah tomat, masa keracunan kapur barus?"

Aku lari ke kamar mandi.

Tuesday, 2 April 2013


Malam hari...

Semua anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga. Ngobrol kesana-kemari hingga akhirnya topik pembicaraan menjadi nasi kucing.

"aku baru sekali makan nasi kucing" aku memberitahu, "kemarin pas kerja praktik, nyoba makan itu"

Kakak laki-lakiku tertawa. "padahal di dekat rumah banyak, masa baru makan?"

Aku mengangguk, "iya loh.. porsinya dikit ternyata. Padahal cuma segitu, ditambah telor puyuh yang ditusuk-tusuk itu aja udah kenyang. Kayak dijampi-jampi"

Kakak laki-lakiku heran, "mananya yang kenyang. Dulu tiap tengah malam, selalu diajakin ama ini -nunjuk kearah om- makan nasi kucing di pasar wage. Satu orang tuh makan 5 bungkus, trus bakwannya tuh 20 buah"

"ha?" aku melongo, "itu kelaparan?"

"emang ga kenyang tau.. apalagi bakwannya kan anget. Kapan-kapan aku ajak kesana deh"

Friday, 22 March 2013


Tukang Pecel
Dirumah ibu..
ibu : cepet selesaikan kuliahmu, trus kerja
kakak : iya bu..
ibu : mau kerja apa?
kakak : aku mau buka warung nasi pecel
ibu : kenapa?
kakak : lah disana (kota tempat kuliah) ga ada yang jual nasi pecel!

Nginep Gratis
Ketika menunggu traffic light..
kakak : aku mau ambil S2 ah nanti kalo udah lulus
aku : mo ambil apa?
kakak : bagian bisnis pokoknya
aku : he? kenapa? kan beda ama S1-nya..
kakak : biar bisa nginep gratis disitu (sambil nunjuk hotel aston yang baru jadi)

Tuesday, 19 March 2013


Pelajaran terakhir selesai. Aku merapikan mejaku, memasukkan buku-buku yang kugunakan selama pelajaran. Kemudian duduk tenang mendengarkan suara guru.

"eh ketempatku yuk habis ini.." ajak teman yang duduk di belakang bangkuku.

Aku menoleh. "langsungan?"

Dia mengangguk. "kalo pulang dulu kelamaan, lagian deket sini kok"

Aku menggaruk kepalaku. Aku tidak terbiasa main sehabis pulang sekolah.

"ayolaah.. bentar aja deh" pintanya.

Aku mengangguk, "iya deh.."

-Untitled-

Rumahnya tidak begitu jauh dari sekolah. Hanya saja jalan yang dilalui tidak standar. Itu sebuah jalan setapak yang jarang dilewati orang. Semak belukar yang tidak terurus terkadang menghalangi jalan. Pohon-pohon jati berumur ratusan tahun menambah nuansa seram.

"tidak ada jalan lain?" aku membuka percakapan.

Kulihat dia berpikir sesaat. "ada, tapi jauh. Ini jalan pintas yang dibuat oleh kakakku"

Aku mengangguk-angguk. "kamu tidak takut lewat sini?"

Dia melihatku kebingungan, "takut? kan masih siang..."

"iya juga sih.." aku merasa sedikit malu. Tapi tempat ini membuatku tidak nyaman.

"ah itu rumahku.."

Kami keluar dari jalan yang tidak standar itu. Ada sebuah pemukiman yang normal. Aku sudah berpikir yang aneh-aneh. Jalan pemukiman itu pun sudah beraspal. Beberapa orang lewat dan menyapa temanku.

"nah ini rumahku. Maaf ya jelek.." dia membuka pintu gerbang.

Rumahnya bisa dibilang besar. Pekarangannya luas dan bersih. Rumput-rumput yang memenuhi kebun samping dipotong dengan rapi. Bangku taman yang terbuat dari besi dibiarkan berkarat. Berbanding terbalik dengan keadaan sekitar yang sering dirawat.

Dua tahun lalu, dia masuk sebagai murid pindahan di sekolahku. Dari cerita yang kudengar, dia cuma tinggal berdua dengan kakak laki-lakinya yang pengangguran. Sedangkan orang tuanya telah lama meninggal. Aku sendiri tidak pernah bertanya soal itu.

Friday, 15 March 2013


Suatu pagi....

Aku mengelilingi dapur dan ruang makan mencari makanan. Saat itu aku rasanya seperti zombie kelaparan. Tapi tidak ada apa-apa disana. Diatas meja makan pun hanya ada mangkok berisi sambal terasi tadi malam. Haahh inikan udah jam 10, kenapa ga ada sarapaan?

"mbok, ada jajan?" aku memasang wajah melas. Kulihat si mbok geleng-geleng sambil terus melanjutkan masak.

"bentar, sopnya belum matang" si mbok menambahkan.

Haahh.. Aku berjalan mendekati kulkas. "dikulkas ada apa yak? Halah kosong jugaa.."

Didalam kulkas hanya ada persediaan tahu-tempe, telur yang berjejer rapi, botol-botol air, dan beberapa sayuran kecil.

"hee? ada tomaat..." aku mengambil palstik berisi 2 buah tomat, "mbok ini boleh aku makan?"

Si mbok melirik. "itu punya mamah.."

"yahh pengen makan ini.." aku mengembalikan tomat itu ke kulkas.

"makan aja mbaaa.." teriak sepupuku yang berumur 4 tahun, "nanti aku yang bilang ke mamah"

Aku melebarkan senyum. "asiiik.."

Aku duduk di depan tivi sambil memegang tomat. Masih agak keras. Dibagian atasnya masih ada warna hijau. Gapapa mungkin, pikirku.

Aku mulai memakannya dari bagian bawah yang sudah berwarna merah. Dingin, manis dan ada rasa kecutnya. "uugh enaaaak..."

Ketika memakan bagian atasnya, aku merasa sedikit aneh. Rasanya berbeda dengan yang pertama kali aku gigit. Mungkin karena warnanya masih agak hijau. Semakin aku kunyah, semakin aneh. Aku lepeh aja apa yak? Tapi akhirnya aku telan karena merasa mubasir.

"loh.." aku memegang kepala. Seketika kepalaku serasa berputar, berat. Rasanya sakit sekali. Tidak hanya itu, tiba-tiba dadaku terasa sesak. Sempit. Untuk bernapas pun rasanya sulit.

"ke-kenapa ini?" aku memegang pinggiran kursi, "masa gara-gara tomat tadi.."

Kemudian aku teringat sesuatu. Aku pernah baca kalau tomat salah satu buah yang memiliki racun.
tomat mengandung atropin dan solanin dari golongan gikoalkoloid, yang terdapat pada tomat muda, rasanya pahit. gejala-gejala yang disebabkan antara lain perdarahan akut disaluran akut, letih, sulit bernapas, menggigil, sakit kepala, kelumpuhan bahkan kematian.
"aku..... keracunan... aku bakal.. mati... ??" pikiranku kemana-mana.

"hei.. kamu kenapa?" kakakku memandangku dengan heran.

"keracunan... tomat"

Tuesday, 12 March 2013


Malam hari,

Di sebuah sekolah A di kota P...
....tut-tet-tot-tet-tot-....
“tuuuut....tuuut....tuuuuut....hallo ?”


Di tempat lain,
“Rudi...telponnya diangkat dong !!!” teriak ibunya dari dapur.

“Iyaa bu...” ujarnya sambil menghampiri telpon.

Diangkatnya gagang telpon, “Hallo ??”

“kresek...kresek...” suara aneh terdengar diseberang.

“Hallo ??? ada orang disana ??” ulangnya.

Hening. Tak ada jawaban dari seberang.

“Haaalloooooo” Rudi mulai jengkel.

Tiba-tiba terdengar sesuatu dari seberang, “Ngg hallo...hallo...benar ini rumahnya Rudi Hatmoko ?” tanyanya.

“Iya benar. Dengan saya sendiri. Maaf siapa disana ?” jawabnya dengan sopan

“Ini saya Pak Santoso, wali kelasmu”

glek. ‘Ada apa nih kok Pak San nelpon malam-malam ?’ batinnya.

“I...iya pak. A...ada apa ?” tanyanya gugup.

“Mengenai tugas makalah biologi, kapan kamu mau mengumpulkan ? Kamu tahu, kalau hari ini adalah terakhir mengumpulkan” ucapnya dengan marah-marah.

“I...iya pak. Saya tahu”

“Kalau sudah tahu kenapa tidak mengumpulkan ?”

“Ma...af pak, tadi saya lupa membawanya ke sekolah” ia membuat alasan.

“Bapak tidak mau tau alasannya. Pokoknya hari ini kamu harus mengumpulkan tugas itu” paksa Pak Santoso, yang terkenal sebagai guru tukang maksa.

“Apa pak ?? sekarang ??” kaget Rudi.

“Iya sekarang”

“Ta...tapi pak, sekarang sudah malam. Masa saya ke rumah bapak malam-malam ??”

“Tidak. Kamu tidak perlu ke rumah, datang ke sekolah saja sekarang. Bapak tunggu sampai jam 9. Kalau tidak, nilai kamu bapak kosongkan”

“Ja...jangan dong pak. Baik pak saya ke sekolah sekarang” kemudian Rudi menutup telpon. Dan bergegas ke sekolah dengan panik.

“Mau kemana malam-malam ?” tanya ibunya yang melihat Rudy mengeluarkan sepedanya.

“Mau ke sekolah bu” jawabnya dengan cemberut.

“Ke sekolah ? kok malam-malam ?”

“Tadi ditelpon Pak San, trus disuruh ke sekolah sekarang. Udah ya bu” ia pamit dan meninggalkan ibunya.


Lalu Rudi dengan sepede bututnya menuju sekolah. ‘Aaah bener-bener merepotkan. Kenapa musti ke sekolah malam-malam gini ?’ rudi ngedumel.

Ia terus mengayuh sepedanya melewati sawah hutan yang mengelilingi sekolahnya. ‘Hmm...kok sepi ya ?’ ia melihat sekitar. Jalan-jalan yang dilewatinya seakan mati tak ada penghuninya. Ia teringat jam telah menunjukkan pukul 20.30 ketika dia keluar dari rumah. ‘Pantas aja sepi, udah malam...’.

Tiba di sekolah, Rudi langsung memarkir sepedanya begitu saja. ‘Alah palig cuma sebentar’ pikirnya.
Ia melangkah masuk ke sekolah. Entah hanya perasaannya atau memang seperti itu, suasana sekolah di malam hari benar-benar terasa aneh. Hawanya menunjukkan suasana ganjil.

‘Sekolah ternyata serem juga kalo malam’ ia merinding.

Friday, 8 March 2013


Siang itu..
Setelah suapan terakhir, aku meletakkan sendok diatas piring bercorak bunga. Melap bibir dengan tissu. Dan mengambil segelas air putih. Aku melihatmu yang masih berusaha menghabiskan makan siangmu.

"pedes banget sambelnya" kamu berkomentar sambil menuang air di gelas. Lalu dengan cepat gelas itu menjadi kosong. Aku tertawa kecil melihat ekspresi wajahmu yang kepedasan.

"nih.." kamu menyerahkan dompet, "bayar deh.."

Aku mengangguk. Mengambil beberapa lembar uang setelah memperkirakan berapa yang harus dibayar. Aku tidak langsung mengembalikan dompetmu. Menggeledah isi dompet seorang cowok.

"kok ga ada fotoku?" tanyaku. Yang kutahu beberapa orang memasang foto pasangannya di dalam dompet.

"lah ngapain. Kan dihape juga ada" kamu mengeluarkan hape dan memperlihatkan wallpaper yang terpajang. Fotoku.

Aku masih tidak menyerah. "kan biasanya pada masang foto ceweknya di dompet.."

Kamu menggaruk kepala, "kurang kerjaan ah.. lagian dihape juga ada fotomu. Sekarang kamu pilih, mau di dompet yang ditaruhnya di belakang trus diduduki, ato di hape yang di depan dan selalu ditangan?"

Aku diam, memasang wajah cemberut. Kamu menjulurkan lidah merasa menang.

"buuuu... curaaang" aku memukul-mukul punggungmu.

Kamu hanya tertawa, "udah sana bayar deh.."

Tuesday, 5 March 2013


Malam itu..

Aku berjalan dari gerbang depan memasuki kos. Kos yang kutempati berbentuk rumah dengan 12 kamar di dalamnya. Aku merogoh saku celana, mengambil kunci. Setiap anak dikos membawa 2 kunci, kunci pintu depan dan kunci kamarnya sendiri.

Dengan menenteng sepatu, aku melewati lorong kamar. Menaruh sepatu dirak depan kamar, lalu membuka pintu. Melihat kasur membuatku segera menghempaskan badan.

'sepi..' aku mulai berbicara sendiri. Menutup wajah dengan bantal. Berharap semua beban dikepala berpindah tempat.

Aku bangkit. Menata kasur agar dapat kupakai tidur. Setelah memakai piyama, aku kembali menghempaskan badan ke kasur. Dan otak mulai melakukan 'scanning' harian. Mengingat-ingat kejadian hari ini dan yang lampau.

Begitu sepinya, terdengar suara gaduh dari langit-langit. Tikus-tikus penghuni langi-langit mulai ribut. Aku menghela napas. 'kalo sepi begini, suara tikusnya keras banget. Aaah coba aja tadi dia ga balik ke kosnya'.

Aku memandang langit-langit. Mencoba memantulkan bayangan diri.

'sepi....'

'tentu saja. inikan liburan'

'aaahh coba tadi dia ga usah balik ke kos'

'kenapa emang?'

'kan aku jadi ada temannya..'

'ga enakkan sendiri?'

'siapa juga yang bilang enak?'

'kamu tau kenapa dia balik ke kos?'

'iyah tau..'

'kenapa coba?'

'hmm kalaupun dia nginep disini, pasti aku tinggalin. soalnya aku nungguin pacar'

'nah itu kamu sendiri tahu jawabannya.. jadi ga usah ngeluh'

'tapi..'

'dia dikamarmu sendirian, nungguin kamu yang lagi pacaran. apa itu tidak jahat?'

'iyah itu terdengar jahaat...'

Kemudian aku terlelap.

Friday, 1 March 2013


"setiap orang punya mimpi.. setiap orang punya cerita.. setiap orang punya cerita untuk mewujudkan mimpinya.."

aku, yang ntah sudah berapa kali membuat blog, akhirnya berpikir 'kenapa tidak jadi blogger saja?'. terdengar mudah memang. hanya duduk didepan komputer, menulis di blog, lalu mendapat upah dari google. mungkin bisa dibilang embel-embelnya 'upah'. tapi yang namanya cari kerja memang untuk mencari upah (mungkin).

di blog yang sebelumnya, sudah pernah aku daftarkan ke AdSense beberapa waktu yang lalu. dan baru sadar kalau itu ditolak. entah karena postingannya yang terlalu lebay atau gimana, yang jelas blog itu sudah diblokir sama google (menurutku). akhirnya mau tidak mau aku harus membuat dari awal. membuat email baru, kemudian menciptakan blog ini. 

agak sulit memang. menentukan alamat blog ini, menentukan tema blog, dan memulai dari awal lagi. alamat blog yang ini pun aku dapat dari ide seseorang. 'kuro shiro yume'. dalam bahasa indonesia 'hitam putih mimpi'. dan akhirnya memusat pada satu tema, 'mimpi'. kalau di blog yang sebelumnya temanya lebih luas (walau lebih mengarah ke bahasan jepang). untuk yang ini benar-benar harus lebih spesifik. harus original. benar-benar hasil tulisan. akhirnya, aku memutuskan untuk menggunakan blog ini sebagai wadah untuk cerpen-cerpen (bahkan terlalu pendek untuk dibilang cerpen) ^^a